Prolog

Aku memanggilnya Aba (bukan Abah ya). Lelaki yang merupakan cinta pertamaku ini telah menjadi orang tua tunggal sejak usiaku 4 tahun dan adikku, Haris, 11 bulan. Allah menakdirkan mengambil kembali Mama kami pada usianya yang masih muda, 29 tahun. Aba tentu terpukul hingga kuingat beliau pingsan berkali-kali di hari ia menjadi duda. Saat itu kami berdomisili di Karawang, Jawa Barat.

Publikasi Buku Solo Perdana

Setelah membahas tujuan penulisan dan konsep buku solo perdana saya, kini kita masuk ke bagian rencana publikasinya. Di bawah ini adalah penjabaran poin-poin terkait publikasi buku solo perdana saya.

Konsep Buku Solo Perdana

Pada tulisan sebelumnya telah dibahas tujuan penulisan buku solo perdana saya. Kali ini akan saya coba uraikan mengenainya konsepnya, meliputi judul, jenis, tujuan, visi, misi, konten, desain, dan sasaran buku. Berikut ini adalah konsep awalan yang dapat berubah seiring proses penyusunannya.

Buku Solo Perdana

Setelah tiga kali terlibat dalam penulisan buku antologi, kini tiba kesempatan untuk berkarya dalam buku solo. Tema yang diangkat adalah renungan dan motivasi senada dengan niche blog ini. Merenung dan memotivasi soal apa ya? Sebagai manusia, saya memiliki beberapa peran dan amanah. Sebagai anak, kakak, cucu, istri, ibu, tante, pengurus organisasi, anggota masyarakat, tetangga, anggota dharma wanita, dan lain-lain. Maka, saya akan memilih salah satunya sebagai topik buku solo perdana ini.

Ingin Kusampaikan Padamu

Sekian waktu kita lalui bersama sosok penuh makna itu. Kian banyak memori terlahir bersama sang ayah. Akan tetapi, ada hal-hal yang belum sempat tersampaikan meski ingin sekali kita katakan kepadanya. Entah rasa canggung yang menyelimuti. Entah waktu perpisahan yang begitu cepat dan datang dengan tiba-tiba. Entah kita yang sibuk bertumbuh dewasa, hingga tak sadar beliau pun semakin menua. Tak sadar bahwa tak selamanya lelaki kuat itu akan hidup. Terlupa bahwa masa kebersamaan terus berlari ke penghujungnya.

Momen Berkesan Bersama Ayah

Arti ayah dalam hidup seorang anak merupakan hasil mozaik dari berbagai momen bersama yang beliau ukir. Momen-momen berkesan yang akhirnya akan terkenang selama sisa hidup sang anak dan mengilhami setiap langkahnya. Pada tulisan sebelumnya, kita telah menyimak arti ayah bagi anak dari ketiga narasumber yang penuh dengan inspirasi positif, kita jadi penasaran momen-momen apa yang paling berkesan bersama ayah mereka. Kebersamaan seperti apa yang dihabiskan bersama sang Ayah hingga membuat kesan penuh makna dalam diri anaknya.

Arti Ayah

Meski tak mengandung, melahirkan, dan menyusui seperti Ibu, Ayah juga punya cinta tak berujung kepada anaknya. Beliau yang berusaha keras agar anaknya tercukupi segala kebutuhannya. Yang dalam lelahnya tetap tersenyum mendekap kesayangannya. Ia rela memangkas kesenangannya demi kebahagiaan sang buah hati. Ayah juga ikut terluka ketika melihat anaknya bersedih. Meski dalam diamnya, lelaki tangguh itu selalu mengawasi dan mendoakan kebaikan untuk anaknya.

8 Langkah Mudah Memulai #belajarzerowaste (bagian 2)

Bagaimana, cukup mudah ya empat langkah awal memulai #belajarzerowaste? Simak, empat langkah selanjutnya berikut ini.
5.        Bawa Sendok, Garpu, dan Sumpit
sumber gambar: tokopedia.com
Ini jadi paketan sama botol minum, sedotan, dan wadah makanan yang kita bawa, supaya tidak menggunakan peralatan makan sekali pakai berbahan plastik. Terbayang ribet ya? Padahal kalau sudah dijalani ternyata mudah dan membahagiakan hati lho. Tentu kita tak harus beli yang lucu-lucu seperti di ilustrasi. Bawa saja yang ada di rumah dan manfaatkan kantung atau pouch yang ada.

8 Langkah Mudah Memulai #belajarzerowaste (bagian 1)

Sudah sampaikah kepadamu kabar bahwa berdasarkan data The Wall Street Journal, Indonesia menempati peringkat ke-dua dari 192 negara yang mencemari laut dengan sampah? Beberapa hari lalu kita kembali diingatkan dengan kematian seekor paus sperma di Perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Di dalam perut paus tersebut terdapat hampir 6 kilogram sampah plastik dan sandal jepit. Baca berita lengkapnya di sini.

Adab Dulu, Baru Ilmu

Tiga tahun lalu saya pernah mengajar di SMK suatu daerah. Saya mendapat jadwal jam pelajaran pertama. Ada siswa yang terlambat parah sekali hingga satu setengah jam. Siswa ini langsung saja duduk di bangkunya tanpa sepatah kata pun seolah tak ada yang salah. Setelah saya tanya pun ia hanya meminta maaf sekedarnya dengan wajah kantuknya. Ternyata ia hanya tinggal di indekos dekat sekolah. Terlebih lagi, kehadirannya selama satu semester bisa dihitung hanya dengan sebelah tangan. Sungguh miris dan mengherankan.

Sehat dengan Mengontrol dan Mencukupkan

sumber gambar: iyskitchen.blogspot.com
Perut mulai membuncit ngalah-ngalahin orang hamil muda, berbagai lingkar tubuh semakin membesar, beberapa baju mulai sesak, dan badan rasanya jadi kurang fit. Hal ini tidak hanya terjadi pada saya, terlebih pada suami yang badannya lebih besar. Pada titik ini kami bertekad memperbaiki pola makan. Karena tidak seperti masa SMA dulu (ssst, kami dulu teman SMA, sekarang jadi teman hidup) yang makan apa saja badan tetap ramping. Kini, tiga belas tahun kemudian, metabolisme mulai melambat, sehingga cadangan lemak menumpuk di mana-mana karena asupan makanan tetap banyak.

Berani Mengakui Kesalahan dan Memperbaikinya

Beberapa rumah di Kampung Lodan, Jakarta Utara rusak dan nyaris ambruk pada Ahad, 18 November 2018 lalu. Hal ini terjadi setelah tanah ambles karena pengerukan Sungai Ciliwung dan pembangunan turap. Dari berita yang dilansir TEMPO.CO, seorang warga terkena dampak longsor menerangkan bahwa petugas menemukan bangkai mesin menempel di tanah. Ia menduga penarikan bangkai mesin tersebut yang menjadi penyebab utama longsor. Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang belum memastikan penyebab longsor, menyatakan bahwa fondasi tanggul di sungai Jakarta tidak ditanam cukup dalam sehingga pengerukan di bagian tengah sungai kurang efektif. Akan tetapi pengerukan agak ke pinggir meningkatkan potensi longsor.
sumber gambar: tempo.co

Mainan Konstruksi untuk Keluarga

sumber gambar: dok. pribadi
Ketika anak kami menginjak usia dua setengah tahun, kami mulai mencari-cari mainan yang mengasah kreativitasnya. Alih-alih memberikan gawai agar anak bisa duduk tenang dalam waktu yang lama, kami memilih menyediakan media belajar yang memaksimalkan potensi perkembangannya. Mainan konstruksi dan manipulatif menjadi salah satu pilihan dalam rangka menstimulasi kemampuan motorik halus dan koordinasi tangan – mata. Selain itu, anak-anak tentu menikmati proses perubahan potongan mainan konstruksi menjadi bentuk yang bervariasi sesuai kreativitasnya.

London Taxi Kickbike Mendorong Keberanian dan Kemandirian Balita

Anak kami alhamdulillah sangat aktif, eksploratif, dan ceriwis sekali di rumah. Setiap hari selalu ada bagian rumah yang ‘terjajah’ olehnya. Akan tetapi, kita di luar rumah bertemu suasana, tempat, dan orang baru, ia termasuk anak yang slow to warm up. Beberapa kali ke taman bermain juga belum berani sendiri, minta ditemani dan dipegangi. Terkadang bikin orang tuanya jadi gemes juga ya.
Siap bertualang, sumber gambar: dok. pribadi

Belajar Bersama Anak Akhir Zaman

Tangkapan layar dari video NUSSA: Teaser Trailer 
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Hanif termasuk anak yang aktif, ceriwis, dan senang mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya termasuk alat-alat masak ibunya. Maka, saya pun jarang sekali memberikannya gawai untuk menonton kanal Youtube. Karena memang belum saatnya ia berselancar sendiri dengan telepon pintar dan juga banyak sekali tontonan yang tidak baik dan efek-efek negatif lainnya. Eh tapi, sekarang ada serial kartun islami karya anak bangsa yang bermutu dan patut didukung bikin saya jadi ingin mengajak Hanif dan Ayahnya menonton bersama.

Dari, Oleh, dan Untuk Kita

Sebagai lulusan farmasi, awalnya saya skeptis dengan produk obat-obat herbal yang mengklaim dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit tanpa efek samping sama sekali. Apalagi banyak ditemukan obat tradisional atau jamu yang ternyata mengandung bahan kimia obat. Ketika memiliki keluhan kesehatan, saya lebih memilih istirahat dan banyak mengonsumsi buah sayur. Kalau sudah lumayan parah, barulah dengan terpaksa mau meminum obat kimiawi.

Melayani dengan Hati

Tiga tahun sudah merantau ke Kotamobagu, Sulawesi Utara kala itu, saya sedang merasa pegal-pegal, kelelahan dan butuh dipijat. Selama ini belum ketemu salon atau tempat massage untuk muslimah yang klik di hati. Hingga kemudian melihat status facebook seorang teman di sini yang merekomendasikan sebuah salon bernama Grya Spa Mini di daerah Kotobangon. Saya pun coba menelusuri lewat facebook dan google. Kebanyakan status para pelanggannya yang merasa puas dengan pelayanan dan harga yang terjangkau. Saya jadi makin penasaran untuk mencoba.
sumber gambar: dok. pribadi pemilik salon

Pelajaran Hidup dari Film Miracle in Cell No. 7

sumber gambar: www.netflixable.com
Korea memang terkenal dengan drama dan filmnya yang sangat menyentuh sisi emosional penonton dengan porsi yang natural dan pas. Cerita yang dihadirkan begitu unik dan menarik, sering kali sarat akan hikmah. Sinematografi dan soundtrack yang ‘niat’ pun menambah nilai plus pada film dan drama dari Negeri Ginseng ini.  Tak heran banyak yang menggandrunginya. Salah satu filmnya yang paling populer dan menang banyak perhargaan berjudul Miracle in Cell No. 7. Film yang tayang pada 2013 silam ini dibintangi oleh Ryu Seung-ryong sebagai Lee Yong-gu, Kal So-won sebagai Ye-seung kecil and Park Shin-hye sebagai Ye-seung dewasa.

Menemukan Ketenangan dengan Merenung

Judul Buku                  : Membuka Jalan ke Surga
Nama Penulis              : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit                       : Pustaka Inti
Tahun Terbit                : 2004
Nomor ISBN              : 979-3751-32-0
Tebal Buku                  : 200 halaman

Renungan-renungan dan peringatan di dalam buku ini tetap relevan dibaca hingga kini, meski telah empat belas tahun berlalu sejak cetakan pertamanya. Saya jadi tertarik menuliskan review-nya agar kebermanfaatan buku ini bisa lebih meluas.

Keturunan yang Baik dari Sisi-Mu

sumber gambar: islamidia.com
Tiga pekan lalu, kami mendapat ujian berupa keguguran di usia kandungan sepuluh minggu. Kami sangat sedih karena memang sudah mengharapkan kehadiran anak kedua. Akan tetapi, Allah memberikan hidayah-Nya untuk kami menerimanya dengan ikhlas dan berbaik sangka atas takdir-Nya. Keluarga dan sahabat juga menguatkan serta mendoakan kelak kami akan dikaruniakan lagi anak.

Ibu, Allah Ada di Mana?

sumber gambar: pixnio.com
Akhir-akhir ini, di usianya yang mendekati tiga tahun, anak sulung kami kerap bertanya, “Ibu, Allah ada di mana?” Pertanyaan itu terlontar berulang kali, pertanda ia masih mencoba memahami lebih dalam mengenai hal tersebut. Pertanyaan tersebut timbul dikarenakan setiap anak memiliki fitrah iman karena setiap anak yang lahir telah bersaksi pada Allah ketika masih di dalam rahim ibunya.

Susahnya Hidup di Era Media Sosial

Hidup pada zaman semua hal sepertinya perlu dibagikan di media sosial, acap kali membuat hati ciut. Ketika seorang teman SMA mem-posting rumah baru yang mentereng bak hotel berbintang, saya tersudut dengan rumah yang masih ngontrak. Kalau teman hobi selfie di mobil dan tak bosan mengunggahnya, saya masih bertanya-tanya kapan kami mampu untuk memiliki kendaraan roda empat. Ada lagi kawan yang rajin meng-update perkembangan anaknya yang pesat dan cepat mandiri, kemajuan lain dari anak sendiri jadi seakan debu yang beterbangan tak terlihat dan luput disyukuri.
Tak perlu iri
sumber gambar: pinterest.com

Sandal (Tak) Hilang

Ini dia si sandal merah.
sumber gambar: dok. pribadi
Ada kisah menarik tentang sandal jepit berwarna merah milik sulung kami, Hanif. Kala itu, ia masih belum bisa menjaga sandal-sandalnya saat kami sedang menaiki motor. Hanif sering kali tertidur dan terlepaslah sebelah sandalnya saat kami tak menyadarinya. Hingga 2-3 kali membeli sandal dalam waktu yang berdekatan karena setelah ditelusuri kembali jalan tadi, alas kali sebelah tersebut tak lagi ditemukan.

Merenunglah

Alhamdulillah, atas izin dan pertolongan Allah, saya dapat lulus mengikuti program one day one post (ODOP) selama dua bulan terakhir. Sempat hampir menyerah karena mendapat ujian berupa keguguran di usia kandungan sepuluh minggu dan dirawat di rumah sakit selama tiga malam, padahal saat itu program ODOP batch 6 sudah mendekati penghujungnya, tinggal sepekan lebih lagi. Akan tetapi, mengingat perjuangan satu setengah bulan sebelumnya, semangat saya memacu diri untuk menuntaskan pembayaran tumpukan utang tulisan di hari-hari terakhir.

Surat Cinta untuk PJ ODOP batch 6

Terima kasih banyak kepada para Penanggung Jawab Program one day one post (PJ ODOP) batch 6. Rasanya kata-kata di sini tak kan pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan juga kuota internet dalam membimbing saya dan para peserta lainnya menyelami dunia literasi lebih dalam. Banyak pengalaman serta pengetahuan baru yang saya reguk melalui program ini tentu tak lepas dari peran serta para PJ nan tulus dan baik hati.

Adek Janin (bagian 15)


Saya pasrah dibawa ke ruang rawat menggunakan kursi roda. Di kamar, suami dan kedua sahabat menunggu kedatangan dan hasil pemeriksaan saya. Satu sahabat saya yang juga teman kantor suami sudah lebih dulu pulang karena meninggalkan tiga anaknya yang tertidur di rumah.
“Janinnya sudah mau luruh, Mas,” kata saya mencoba tawakkal.

Adek Janin (bagian 14)


“Kakak Hanif bobo sama Mbah dulu ya,” pinta saya sambil menegarkan suara.
“Mau sama Ibu aja. Emang Ibu di mana?” Suara cerianya menyunggingkan senyum di wajah.
“Ibu di rumah sakit, Nak. Belum boleh pulang. Jadi Kakak Hanif bobo sama Mbah ya,” bujuk saya.
 “Sama Ibu. Sama Ibu. Sama Ibu,” katanya setengah bersenandung. Saya pun tertawa sambil nelangsa di dalam hati. Pertama kali dalam hampir tiga tahun hidupnya, ia tidur tanpa pelukan saya. Seketika itu saya rindu. Ingin segera pulang tapi tak bisa.

Adek Janin (bagian 13)


Ia coba pindah ke lengan kanan, katanya sulit mendapatkan pembuluhnya. Lalu ia pun keluar sebentar dan kembali lagi dengan peralatan infus. Suami sudah datang menemani kembali. Sang perawat kembali berusaha mencari pembuluh darah saya di tangan kiri, tapi tak didapatkannya. Pindahlah ke tangan kanan, alhamdulillah akhirnya dapat juga. Lumayan sakit saat jarum menancap di atas tangan saya. Suami menguatkan dengan menggenggam erat tangan kiri saya sambil mengelus-elus kepala.

Adek Janin (bagian 12)


Beberapa menit menunggu, akhirnya seorang perawat laki-laki yang tadi duduk di loket mendorong kursi roda saya. Tersusul lah suami yang tengah panas hati karena dioper ke sana ke sini tanpa ada perawat yang sigap membantu. Jadilah perawat yang tengah mendorong saya terkena luapan emosinya. Segera sadar kekhilafannya, suami langsung meminta maaf. Perawat itu pun santai dan mengerti kegelisahan yang tengah kami alami.

Adek Janin (bagian 11)


Alhamdulillah setelah penjelasan beberapa kali, Hanif mau menerima ditinggal bersama Mbahnya di rumah. Saya dan suami beranjak berangkat dengan hati pasrah bercampur harap. Di perjalanan, saya teringat pertengkaran dengan suami tadi pagi terkait kurang nyamannya kontrakan baru yang membuat saya menangis. Saya sangat jarang menangis. Ketika endapan emosi sudah menggunung, barulah pecah tanggul pertahanan air mata saya. Suami merasa bersalah dan tertekan karena air yang keluar dari sudut-sudut mata istrinya.

Adek Janin (bagian 10)


Kami berjalan menuju apotek klinik untuk menebus resep obat penguat untuk lima kali pakai. “Seratus delapan puluh lima ribu,” kata asisten apoteker membuyarkan sedikit lamunan saya. Ternyata uang di dompet tak cukup. Kami pun urung menebusnya dan berpikir mungkin ini waktunya kami melakukan survei harga obat di apotek lain.

Berkah

Diberikahi-Nya sebagai nikmat, ujian
Piawaikan syukur, sabarmu

_____ 
#TantanganODOP7
#puisi2,7
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day49
#fiksi

Adek Janin (bagian 9)

Berbeda dengan pemeriksaan sebelumnya yang menghasilkan gambar yang agak blur, kali ini gambarnya jelas dan mudah didapat tanpa perlu menekan keras perut bagian bawah. Tapi yang dikatakan dokter membuat kami agak was-was.

Adek Janin (bagian 8)

Saya membaringkan diri, sementara suami mandi. Sambil mencoba menenangkan diri, saya melakukan pencarian informasi di internet dan curhat melalui chat kepada sahabat bernama Putri. Ia pernah juga mengalami perdarahan saat hamil muda yaitu di usia kandungan delapan minggu lantaran terlalu semangat berhubungan suami istri, tapi akhirnya ia keguguran dua pekan kemudian karena janin tidak berkembang. Ia katakan bahwa kegugurannya tidak ada hubungan dengan perdarahannya waktu itu, karena perlu diberikan obat dulu untuk meluruhkan janin dan kantungnya yang sudah menempel kuat.

Adek Janin (bagian 7)

Selasa, 16 Oktober 2018
Saya dan sulung kami ikut suami tugas luar ke Manado. Kami berangkat dari Kotamobagu pukul 15.00 WITA dan tiba di Hotel Ibis Manado sekitar pukul 20.30 WITA. Meski sudah cukup malam dan setelah melalui perjalanan melelahkan (ditambah muntah, mabuk darat), Hanif tetap semangat setibanya di hotel. Ia berlari menuju lift dan meminta izin saya untuk menekan tombolnya. Saya tentu memperbolehkannya. Tawa riangnya mengiringi kami hingga masuk ke kamar. Ia pun sibuk menjelajah isi ruangan, terutama saklar lampu. Lalu sibuk minta dimandikan, padahal kalau di rumah negosiasi kami cukup alot terkait aktivitas membersihkan tubuh ini. Memang kebahagian anak kecil inilah alasan saya membuntuti suami dinas ke luar kota.

Asoka

Klek. Pintu ruangan tempatku berada dibuka oleh perawat berjilbab hijau. Seorang ibu muda mendekati usia 30 dipapah dari kursi roda untuk dibaringkan di atasku. Ia telah mendapat perawatan dan pemeriksaan di UGD khusus pasien materna. Badannya tidak gemuk dan tidak juga kurus, sehingga aku tidak merasa kepayahan menopangnya. Hanya saja sepanjang malam Minggu itu hingga keesokan siangnya, ia tak bisa tidur kecuali hanya beberapa menit. Ia didera sakit perut bagian bawah yang terus-menerus.

Kisah Bram Berikhtiar Tundukkan Jakarta

Puisi esai pertama pada buku Seri Puisi Esai Indonesia Provinsi DKI Jakarta yang bertajuk Balada Ibu Kota berjudul Balada Bram Taklukkan “Kota Gelisah” Jakarta karya Akhmad Sekhu. Puisi ini menggambarkan dengan baik realita sosial ekonomi yang terjadi di Jakarta, khususnya kelas menengah cenderung ke bawah. Bram adalah salah satu dari sekian banyak perantau yang mencari pengharapan hidup yang lebih baik di Jakarta. Ia merupakan pemuda yang berasal dari Tegal dan lulusan universitas swasta ternama di sana. Tinggalkan Ibu, kekasih hati, dan kampung halaman demi mengejar mimpi menjadi orang sukses.

Lomba Resensi Buku Puisi Esai Indonesia

Saya dan beberapa teman dari FLP Kotamobagu berniat mengikuti lomba meresensi e-book Puisi Esai Indonesia. Ada 34 buku Seri Puisi Esai Indonesia dari seluruh provinsi. Peserta boleh memilih salah satu buku atau seluruh seri buku untuk diresensi. Lomba ini sudah dibuka sejak 17 Agustus 2018 dan akan ditutup pada 31 Oktober 2018. Info lengkap mengenai lomba ini dapat dilihat pada fanpage Lomba Puisi Esai Indonesia-LPEI. Akan tetapi, karena kesibukan dan kejar setoran untuk komunitas ODOP (one day one post), pengerjaannya terus tertunda. Maka, sebelum menyusun resensi satu buku, saya ingin menuliskan resensi per puisi esai untuk kemudian diracik dan diramu.

Motor Murah

Sepulang dari bermain, dengan antusias Rio menghampiri Papanya. “Pa, Toni pe Papa1 ada jual motor. Murah, cuma dua ratus ribu, Pa. Beli jo Pa supaya boleh mo bajalang ke sana kamari deng itu motor2.”
“Ah iyo? Butul-butul ini? Bukang dusta-dusta?”3 Papa Rio antara percaya tidak percaya.

Mantra Penyembuh

Hari itu Rio tampak tak bersemangat, wajahnya sendu, sepertinya ada yang mengganggu pikirannya. Ia adalah bocah kelas dua Sekolah Dasar di sebuah desa di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Pak Bagus, seorang guru relawan dari program Indonesia Mengajar yang bersuku Jawa, menyadari kesenduan Rio dan berusaha menanyakan keadaannya.

Cari Jodoh Kontrakan (bagian 3)


Tidak jauh dari rumah itu, masih di pinggir jalan besar juga, ada Warung Jawa langganan kami. Pemiliknya sedang membangun rumah di belakang warung. Kami tertarik karena rumah baru. Ternyata sudah ada yang mau, tapi belum memastikan. Maka kami pun menunggu sambil berharap semoga rumah itu menjadi jodoh kami.

Cari Jodoh Kontrakan (bagian 2)


Ketiga, tidak ada jendela kaca di kedua kamar, hanya ada jendela kayu kecil, sehingga kamar menjadi cukup gelap. Keempat, ruang belakang (dapur) terlalu kecil mengingat barang kami sudah cukup banyak. Selain itu, tidak ada tempat aman untuk parkir motor, sehingga harus dimasukkan ke ruang tamu atau dapur. Terakhir, harganya yang mencapai dua digit karena letaknya yang strategis. Akhirnya kami putuskan untuk tidak jadi mengambil dan tawarkan ke teman lain yang sekarang jadi menempatinya.

Cari Jodoh Kontrakan

Sudah mendekati empat tahun kami mengontrak rumah di Perumnas Pobundayan Permai, Kelurahan Pobundayan. Kami sudah cukup menyamankan diri di rumah ini dan malas juga untuk pindah sebelum suami dimutasi dari Kotamobagu. Sayangnya, setengah tahun sebelum masa kontrakan tahun berjalan berakhir, tetangga belakang rumah memelihara anjing yang buang air besar di halaman rumah kami setiap hari. Makin hari, kami makin jengkel. Namun, si empunya seperti tidak peduli. Tidak mencoba mengajari anjing itu, apalagi membersihkan kotorannya di halaman kami. Juga kenyataan bahwa selama ini mereka mencuri listrik kami untuk mengambil air karena mesin air kami masih jadi satu membuat mantap untuk mencari rumah kontrakan yang baru.

Adek Janin (bagian 6)


Malamnya kami bertiga pergi ke klinik tersebut. Saat kami baru turun dari motor di tempat parker, Dokter sedang berjalan ke luar klinik dengan membawa tas di tangan dan tanpa memakai jas putih. Kami menduga beliau akan pulang.

Adek Janin (Bagian 5)


“Ibu, mau peluk Adek Janin.”
***
“Mau cium Adek Janinnya, Ibu!”
***

Mintalah Kesabaran

Ada yang diuji
belum dipertemukan dengan jodoh sejati


Merenung di Pesta

Beberapa kali terakhir menghadiri undangan pesta pernikahan membuat saya merenung. Kondangan aja pakai merenung ya? Mungkin karena acara sambutannya lama sekali, maka banyak waktu dihabiskan untuk berpikir dan memperhatikan orang lain. Iya, waktu datang ke acara pernikahan nan megah, saya bergumam. Mampukah kami menyelenggarakan acara pernikahan anak-anak kami dengan layak? Ah, yang penting kan pernikahannya yang berkah, bukan perayaannya yang harus mewah. Pernah juga ketika datang ke acara pernikahan yang diselenggarakan sesuai syariat. Saya mengajak suami agar nanti membuat konsep acara yang mirip untuk pernikahan anak-anak kami agar menghindari kemudaratan dan memasyarakatkan nilai-nilai Islam.

Badai Rindu

Aku rindu
pada bunyi dering gawaiku
di layarnya bertuliskan panggilanku untukmu
yang dulu sering menggangguku

Sederhana tapi Bermakna (bagian 2)


Awan hitam menggelantung berkumpul di langit, pertanda akan turun hujan. Padahal tadi saat mau berangkat, aku sempat bergumam dalam hati, apakah kiamat sudah sangat dekat? Gempa banyak terjadi dan kemarau terus berlangsung. Alhamdulillah siang ini Allah turunkan rahmat-Nya untuk membasahi bumi yang sudah cukup kering. Kami sempat terkena sedikit rintik-rintik hujan di jalan menuju rumah.

Sederhana tapi Bermakna

Pada penghujung malam Minggu ini, ada rasa syukur luar biasa kepada Sang Pemberi Kehidupan. Hari ini terasa berbeda. Tidak, kami tidak mengunjungi tempat wisata nan menawan. Bukan pula menonton film di bioskop, karena tak ada mall di sini. Kami pun tidak menyantap makanan restoran hari ini. Akan tetapi, kegembiraan dan keceriaan terpancar dari sulung kami di hari Ayah dan Ibu lengkap seharian bersamanya. Alhamdulillah, Allah mengaruniakan rasa syukur ke relung hati kami akan hal-hal yang sederhana, sehingga menjadi bermakna dan berkesan.

Malas Menyetrika Bukan Masalah

sumber gambar: blog.hemat.id

Tumpukan baju yang sudah dicuci tapi belum disetrika sering kali menggunung dan jadi momok bagi saya, dan mungkin sebagian besar ibu-ibu. Dengan berbagai keadaan dan pertimbangan, saya tidak menyubkontrakkan pekerjaan menyetrika kepada orang lain, sehingga selalu menunda-nunda dan mengakhirkan, bahkan ogah-ogahan untuk mengerjakannya. Kalau mencuci walau hampir setiap hari rasanya oke-oke saja. Tapi ketika sudah berhadapan dengan setrikaan, rasa malas kronis menghampiri seperti enggan pergi.

Quwwatul Maal (Kekuatan Finansial) - bagian 2

Quwwatul Maal (bagian 1)

a.       Kebutuhan jihad akan harta (Ihtiyajatul Jihad)
Jihad yang sempurna adalah dengan jiwa, harta, dan lisan. Akan tetapi, ada keadaan yang menghalangi manusia untuk berjihad dengan jiwa. Maka ia wajib berjihad dengan harta yang keutamaannya seperti orang yang ikut berjihad secara langsung. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menyiapkan kendaraan perang di jalan Allah berarti ia telah ikut berperang, dan barang siapa meninggalkan perang tetapi menggantinya dengan kebaikan berarti ia pun telah ikut berperang.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).

Quwwatul Maal (Kekuatan Finansial)

Islam tidak mengajarkan untuk membenci dunia. Beberapa sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abdur Rahman bin Auf, dan Utsman bin ‘Affan justru dengan senang hati menggunakan harta kekayaannya untuk membela agama Allah. Rasulullah SAW juga tak pernah melarang mereka bekerja sungguh-sungguh untuk meraih keuntungan duniawi. Karena untuk menegakkan Islam membutuhkan bekal dan persiapan, salah satunya adalah harta.

Satu Oktober

Enam tahun lalu tepat di hari ini
seorang lelaki
datang memberanikan diri
untuk menyatakan keinginan hati

Kembali Diingatkan

Kita kembali diingatkan
bahwa semua hanya titipan
Dalam satu hitungan
Dia mampu meluluhlantakkan

Danau Mooat

Dalam rangka Hari Statistik Nasional, 26 September 2018 lalu, Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu melakukan rangkaian kegiatan bertempat di Danau Mooat. Acara ini melibatkan para pegawai, dharma wanita, dan para mitra statistik. Sebagai salah satu anggota dharma wanita, saya juga berkesempatan hadir di sana dan terinspirasi untuk menuliskan review.

Adek Janin (bagian 4)


“Seratus lima puluh ribu.” Ucapnya dengan amat ramah. Saya sedikit kaget dengan harganya karena rasanya waktu kehamilan pertama tidak semahal itu, ya iya lah tiga setengah tahun lalu. Akan tapi tetap membayar sambil menyembunyikan ekspresi yang mungkin muncul dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

Adek Janin (bagian 3)


Hanif pun mulai bosan berada di Puskesmas. Beberapa kali dia katakan, “Ibu, pulang yuk!”
“Tunggu Ibu selesai diperiksa dulu ya.” Syukurlah ia masih sabar dan kembali mengajak saya bercerita.
“Ibu, Kakak itu mirip Kakak Abi ya?” Tanyanya sambil menunjuk salah satu anak ibu yang sedang diperiksa tadi.
“Hmmm. Mirip sedikit, hehehe.” Jawab saya sambil tersenyum teringat pada suami yang sering memirip-miripkan orang, padahal tidak mirip menurut saya.
“Kalau Kakaknya mirip Kakak Fahri, Ibu!”
“Ah masa sih, Nak?” Jawab saya sambil menahan tawa karena lagi-lagi kurang mirip.
“Iya, Ibu!” Jawabnya yakin, saya pun tertawa.

Adek Janin (bagian 2)


Sebetulnya, kami tak ingin bersegera memberi tahu Hanif bahwa ia akan punya adik. Bisa jadi dia akan merasa khawatir kasih sayang orang tuanya berkurang atau dia akan merasa lama sekali adiknya untuk lahir ke dunia. Apalagi ia masih dalam rentang usia yang baru memahami hal-hal konkrit. Maka ketika diberi tahu akan punya adik, dia akan bertanya-tanya di mana adiknya. Dia pun belum paham konsep menunggu. Ia hanya bisa menunggu dalam rentang waktu yang amat pendek, hitungan menit. Itulah yang menjadi beberapa pertimbangan untuk tidak cepat-cepat memberitahunya. Akan tetapi, hidup bertiga di rantauan tanpa sanak saudara, membuat saya harus selalu membawanya ke mana pun. Ditambah kemampuan bicara yang sedang berkembang pesat membuatnya banyak bertanya dan terus meminta penjelasan. Kami pun membiasakan diri mengatakan segala sesuatu yang sebenarnya, tidak berbohong dan berusaha menepati janji. Jadilah, ia sudah tahu bahwa akan punya adik, yaitu si janin yang sedang berada di perut ibunya.

Adek Janin

Sebelas hari yang lalu, saya sudah tujuh hari terlambat haid. Dengan penuh harap, bangun tidur sebelum berwudhu untuk salat subuh, saya melakukan uji kehamilan. Senyum sumringah segera muncul ketika garis dua muncul perlahan. Saya pun salat, lalu memberitahukan suami. Ia pun sama bahagianya dan segera menghambur memeluk saya. Alhamdulillah, hati kami menyatakan degup penuh kesyukuran.

Untuk Apa

Sejatinya untuk apa kau bekerja keras hingga larut tiba baru pulang ke rumah? Padahal hasil jerih payahmu sering tak diapresiasi oleh pimpinan. Ia hanya tahu mengomelimu saat kau tak dapat memenuhi target walau kau sudah terus bekerja hingga akhir minggu tak bersisa waktu untuk keluarga. Apalagi rekan kerjamu malah memanfaatkan kegigihanmu, meninggalkan sebagian besar pekerjaan untukmu. Kau bahkan sering membelikan makanan untuk mitra kerja yang membantu pekerjaanmu, tapi mereka justru mendahulukan membantu pekerjaan rekanmu yang hanya bisa memerintah saja. Lalu, mengapa kau tetap membanting tulang hingga malam setiap harinya di tengah kondisi seperti ini? Tidak bisakah kau cukupkan hingga jam kerja orang normal saja?

Jalan Sepi Pilihan Almira (versi 2)

sumber gambar: www.ambau.id

“Nak, enggak mau ikut daftar PNS kan? Kenapa?” Pertanyaan ibu mertua Almira memecah keheningan makan malam mereka berdua di sebuah rumah di pinggiran Jakarta Timur.
“Biar enggak bingung, Bu, kalau nanti Mas Adri dipindahtugaskan lagi. Mira tinggal ikut saja. Enggak perlu galau mau terus kerja tapi berjauhan atau harus pilih resign.” Jawab Almira penuh keyakinan.

Jalan Sepi Pilihan Almira

Pengumuman pembukaan formasi CPNS tahun 2018 berseliweran di berbagai grup whatsApp yang Almira ikuti. Seperti tahun-tahun sebelumnya, informasi tersebut hanya ia lihat tanpa dibaca lebih lanjut. Ibu beranak satu ini memang tak pernah tertarik untuk menjadi abdi negara yang selalu ramai peminat. Bukan karena tak cinta tanah air, ia hanya ingin optimal membersamai masa kecil buah hatinya yang tak akan terulang di kemudian hari. Tanpa bekerja saja, ia merasa masih masih banyak kekurangan dalam menjalankan peran sebagai istri dan ibu. Syukurlah suaminya mendukung dan bergembira dengan pilihan Almira. Apalagi pekerjaannya sebagai PNS di Badan Pusat Statistik membuat keluarga mereka harus bersedia berpindah-pindah untuk ditempatkan di seluruh Indonesia. Almira yang selalu ingin ikut ke manapun tempat suaminya bekerja makin mantap mengabdikan diri di rumah, agar tak perlu mengalami kegalauan berpisah jika ia memilih bekerja sebagai PNS.