Yuk Minimalkan Sampah Kita

Saya sering dengar bahwa plastik sulit terurai di alam, butuh waktu puluhan – ratusan tahun untuk dapat hancur sempurna. Slogan 3R (Reduce-Reuse-Recycle) sudah saya ketahui sejak lama. Tapi entah mengapa saya tak benar-benar tergerak untuk mengurangi atau menolak (refuse) plastik. Yang saya lakukan hanya menggunakan cloth diaper pada anak kami sejak bayi hingga berusia 1,5 tahun untuk mengurangi sampah popok. Itu pun akhirnya goyah beralih ke popok sekali pakai sejak usia 1,5 – 2 tahun-an karena keterusan memakainya sehabis perjalanan pulang kampung. Saya pun memakai menstrual pad sejak sehabis melahirkan sehingga meniadakan sampah pembalut. Namun, 1 – 2 tahun kemudian malah balik menggunakan pembalut sekali pakai. Saya juga menolak plastik saat membeli minuman yang ingin langsung dikonsumsi, yang mana frekuensinya sangat jarang dibanding banyaknya menerima plastik saat berbelanja. Jadilah koleksi plastik di rumah sungguh banyak. Oh ya, kami juga mengumpulkan sampah botol plastik, kardus, dan kertas untuk dijual ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).

Bajaj Merah Warnanya

sumber gambar: www.deviantart.com
Aku belum genap berusia enam tahun kala itu, tepatnya masih lima setengah tahun, tapi sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Kalau zaman sekarang, seorang anak harus berusia di atas enam untuk dapat diterima di Sekolah Dasar. Aku pun dulu hampir ditolak saat pendaftaran, hanya saja Kakek berhasil meyakinkan pihak sekolah untuk menerima aku yang sudah pandai membaca walau tak pernah dimasukkan ke Taman Kanak-kanak. Ya, sejak Ibu wafat di usiaku yang baru empat tahun, aku tinggal di Jakarta bersama Kakek, Nenek, dan Tante yang paling bungsu dari pihak Ibu. Tante inilah yang mengajariku membaca, walau ia selalu merendah sambil berkata, “Dian memang sudah bisa sendiri, hanya diajari sedikit saja langsung bisa membaca dengan baik.” Sedangkan adikku, yang masih berusia sebelas bulan saat Ibu tiada, diasuh oleh kerabat Kakek di Indramayu yang tidak memiliki anak. Lalu Ayah tinggal dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Karawang. Begitulah uniknya keluargaku.