Surat Cinta untuk PJ ODOP batch 6

Terima kasih banyak kepada para Penanggung Jawab Program one day one post (PJ ODOP) batch 6. Rasanya kata-kata di sini tak kan pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan juga kuota internet dalam membimbing saya dan para peserta lainnya menyelami dunia literasi lebih dalam. Banyak pengalaman serta pengetahuan baru yang saya reguk melalui program ini tentu tak lepas dari peran serta para PJ nan tulus dan baik hati.

Adek Janin (bagian 15)


Saya pasrah dibawa ke ruang rawat menggunakan kursi roda. Di kamar, suami dan kedua sahabat menunggu kedatangan dan hasil pemeriksaan saya. Satu sahabat saya yang juga teman kantor suami sudah lebih dulu pulang karena meninggalkan tiga anaknya yang tertidur di rumah.
“Janinnya sudah mau luruh, Mas,” kata saya mencoba tawakkal.

Adek Janin (bagian 14)


“Kakak Hanif bobo sama Mbah dulu ya,” pinta saya sambil menegarkan suara.
“Mau sama Ibu aja. Emang Ibu di mana?” Suara cerianya menyunggingkan senyum di wajah.
“Ibu di rumah sakit, Nak. Belum boleh pulang. Jadi Kakak Hanif bobo sama Mbah ya,” bujuk saya.
 “Sama Ibu. Sama Ibu. Sama Ibu,” katanya setengah bersenandung. Saya pun tertawa sambil nelangsa di dalam hati. Pertama kali dalam hampir tiga tahun hidupnya, ia tidur tanpa pelukan saya. Seketika itu saya rindu. Ingin segera pulang tapi tak bisa.

Adek Janin (bagian 13)


Ia coba pindah ke lengan kanan, katanya sulit mendapatkan pembuluhnya. Lalu ia pun keluar sebentar dan kembali lagi dengan peralatan infus. Suami sudah datang menemani kembali. Sang perawat kembali berusaha mencari pembuluh darah saya di tangan kiri, tapi tak didapatkannya. Pindahlah ke tangan kanan, alhamdulillah akhirnya dapat juga. Lumayan sakit saat jarum menancap di atas tangan saya. Suami menguatkan dengan menggenggam erat tangan kiri saya sambil mengelus-elus kepala.

Adek Janin (bagian 12)


Beberapa menit menunggu, akhirnya seorang perawat laki-laki yang tadi duduk di loket mendorong kursi roda saya. Tersusul lah suami yang tengah panas hati karena dioper ke sana ke sini tanpa ada perawat yang sigap membantu. Jadilah perawat yang tengah mendorong saya terkena luapan emosinya. Segera sadar kekhilafannya, suami langsung meminta maaf. Perawat itu pun santai dan mengerti kegelisahan yang tengah kami alami.

Adek Janin (bagian 11)


Alhamdulillah setelah penjelasan beberapa kali, Hanif mau menerima ditinggal bersama Mbahnya di rumah. Saya dan suami beranjak berangkat dengan hati pasrah bercampur harap. Di perjalanan, saya teringat pertengkaran dengan suami tadi pagi terkait kurang nyamannya kontrakan baru yang membuat saya menangis. Saya sangat jarang menangis. Ketika endapan emosi sudah menggunung, barulah pecah tanggul pertahanan air mata saya. Suami merasa bersalah dan tertekan karena air yang keluar dari sudut-sudut mata istrinya.

Adek Janin (bagian 10)


Kami berjalan menuju apotek klinik untuk menebus resep obat penguat untuk lima kali pakai. “Seratus delapan puluh lima ribu,” kata asisten apoteker membuyarkan sedikit lamunan saya. Ternyata uang di dompet tak cukup. Kami pun urung menebusnya dan berpikir mungkin ini waktunya kami melakukan survei harga obat di apotek lain.

Berkah

Diberikahi-Nya sebagai nikmat, ujian
Piawaikan syukur, sabarmu

_____ 
#TantanganODOP7
#puisi2,7
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day49
#fiksi

Adek Janin (bagian 9)

Berbeda dengan pemeriksaan sebelumnya yang menghasilkan gambar yang agak blur, kali ini gambarnya jelas dan mudah didapat tanpa perlu menekan keras perut bagian bawah. Tapi yang dikatakan dokter membuat kami agak was-was.

Adek Janin (bagian 8)

Saya membaringkan diri, sementara suami mandi. Sambil mencoba menenangkan diri, saya melakukan pencarian informasi di internet dan curhat melalui chat kepada sahabat bernama Putri. Ia pernah juga mengalami perdarahan saat hamil muda yaitu di usia kandungan delapan minggu lantaran terlalu semangat berhubungan suami istri, tapi akhirnya ia keguguran dua pekan kemudian karena janin tidak berkembang. Ia katakan bahwa kegugurannya tidak ada hubungan dengan perdarahannya waktu itu, karena perlu diberikan obat dulu untuk meluruhkan janin dan kantungnya yang sudah menempel kuat.

Adek Janin (bagian 7)

Selasa, 16 Oktober 2018
Saya dan sulung kami ikut suami tugas luar ke Manado. Kami berangkat dari Kotamobagu pukul 15.00 WITA dan tiba di Hotel Ibis Manado sekitar pukul 20.30 WITA. Meski sudah cukup malam dan setelah melalui perjalanan melelahkan (ditambah muntah, mabuk darat), Hanif tetap semangat setibanya di hotel. Ia berlari menuju lift dan meminta izin saya untuk menekan tombolnya. Saya tentu memperbolehkannya. Tawa riangnya mengiringi kami hingga masuk ke kamar. Ia pun sibuk menjelajah isi ruangan, terutama saklar lampu. Lalu sibuk minta dimandikan, padahal kalau di rumah negosiasi kami cukup alot terkait aktivitas membersihkan tubuh ini. Memang kebahagian anak kecil inilah alasan saya membuntuti suami dinas ke luar kota.

Asoka

Klek. Pintu ruangan tempatku berada dibuka oleh perawat berjilbab hijau. Seorang ibu muda mendekati usia 30 dipapah dari kursi roda untuk dibaringkan di atasku. Ia telah mendapat perawatan dan pemeriksaan di UGD khusus pasien materna. Badannya tidak gemuk dan tidak juga kurus, sehingga aku tidak merasa kepayahan menopangnya. Hanya saja sepanjang malam Minggu itu hingga keesokan siangnya, ia tak bisa tidur kecuali hanya beberapa menit. Ia didera sakit perut bagian bawah yang terus-menerus.

Kisah Bram Berikhtiar Tundukkan Jakarta

Puisi esai pertama pada buku Seri Puisi Esai Indonesia Provinsi DKI Jakarta yang bertajuk Balada Ibu Kota berjudul Balada Bram Taklukkan “Kota Gelisah” Jakarta karya Akhmad Sekhu. Puisi ini menggambarkan dengan baik realita sosial ekonomi yang terjadi di Jakarta, khususnya kelas menengah cenderung ke bawah. Bram adalah salah satu dari sekian banyak perantau yang mencari pengharapan hidup yang lebih baik di Jakarta. Ia merupakan pemuda yang berasal dari Tegal dan lulusan universitas swasta ternama di sana. Tinggalkan Ibu, kekasih hati, dan kampung halaman demi mengejar mimpi menjadi orang sukses.

Lomba Resensi Buku Puisi Esai Indonesia

Saya dan beberapa teman dari FLP Kotamobagu berniat mengikuti lomba meresensi e-book Puisi Esai Indonesia. Ada 34 buku Seri Puisi Esai Indonesia dari seluruh provinsi. Peserta boleh memilih salah satu buku atau seluruh seri buku untuk diresensi. Lomba ini sudah dibuka sejak 17 Agustus 2018 dan akan ditutup pada 31 Oktober 2018. Info lengkap mengenai lomba ini dapat dilihat pada fanpage Lomba Puisi Esai Indonesia-LPEI. Akan tetapi, karena kesibukan dan kejar setoran untuk komunitas ODOP (one day one post), pengerjaannya terus tertunda. Maka, sebelum menyusun resensi satu buku, saya ingin menuliskan resensi per puisi esai untuk kemudian diracik dan diramu.

Motor Murah

Sepulang dari bermain, dengan antusias Rio menghampiri Papanya. “Pa, Toni pe Papa1 ada jual motor. Murah, cuma dua ratus ribu, Pa. Beli jo Pa supaya boleh mo bajalang ke sana kamari deng itu motor2.”
“Ah iyo? Butul-butul ini? Bukang dusta-dusta?”3 Papa Rio antara percaya tidak percaya.

Mantra Penyembuh

Hari itu Rio tampak tak bersemangat, wajahnya sendu, sepertinya ada yang mengganggu pikirannya. Ia adalah bocah kelas dua Sekolah Dasar di sebuah desa di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Pak Bagus, seorang guru relawan dari program Indonesia Mengajar yang bersuku Jawa, menyadari kesenduan Rio dan berusaha menanyakan keadaannya.

Cari Jodoh Kontrakan (bagian 3)


Tidak jauh dari rumah itu, masih di pinggir jalan besar juga, ada Warung Jawa langganan kami. Pemiliknya sedang membangun rumah di belakang warung. Kami tertarik karena rumah baru. Ternyata sudah ada yang mau, tapi belum memastikan. Maka kami pun menunggu sambil berharap semoga rumah itu menjadi jodoh kami.

Cari Jodoh Kontrakan (bagian 2)


Ketiga, tidak ada jendela kaca di kedua kamar, hanya ada jendela kayu kecil, sehingga kamar menjadi cukup gelap. Keempat, ruang belakang (dapur) terlalu kecil mengingat barang kami sudah cukup banyak. Selain itu, tidak ada tempat aman untuk parkir motor, sehingga harus dimasukkan ke ruang tamu atau dapur. Terakhir, harganya yang mencapai dua digit karena letaknya yang strategis. Akhirnya kami putuskan untuk tidak jadi mengambil dan tawarkan ke teman lain yang sekarang jadi menempatinya.

Cari Jodoh Kontrakan

Sudah mendekati empat tahun kami mengontrak rumah di Perumnas Pobundayan Permai, Kelurahan Pobundayan. Kami sudah cukup menyamankan diri di rumah ini dan malas juga untuk pindah sebelum suami dimutasi dari Kotamobagu. Sayangnya, setengah tahun sebelum masa kontrakan tahun berjalan berakhir, tetangga belakang rumah memelihara anjing yang buang air besar di halaman rumah kami setiap hari. Makin hari, kami makin jengkel. Namun, si empunya seperti tidak peduli. Tidak mencoba mengajari anjing itu, apalagi membersihkan kotorannya di halaman kami. Juga kenyataan bahwa selama ini mereka mencuri listrik kami untuk mengambil air karena mesin air kami masih jadi satu membuat mantap untuk mencari rumah kontrakan yang baru.

Adek Janin (bagian 6)


Malamnya kami bertiga pergi ke klinik tersebut. Saat kami baru turun dari motor di tempat parker, Dokter sedang berjalan ke luar klinik dengan membawa tas di tangan dan tanpa memakai jas putih. Kami menduga beliau akan pulang.

Adek Janin (Bagian 5)


“Ibu, mau peluk Adek Janin.”
***
“Mau cium Adek Janinnya, Ibu!”
***

Mintalah Kesabaran

Ada yang diuji
belum dipertemukan dengan jodoh sejati


Merenung di Pesta

Beberapa kali terakhir menghadiri undangan pesta pernikahan membuat saya merenung. Kondangan aja pakai merenung ya? Mungkin karena acara sambutannya lama sekali, maka banyak waktu dihabiskan untuk berpikir dan memperhatikan orang lain. Iya, waktu datang ke acara pernikahan nan megah, saya bergumam. Mampukah kami menyelenggarakan acara pernikahan anak-anak kami dengan layak? Ah, yang penting kan pernikahannya yang berkah, bukan perayaannya yang harus mewah. Pernah juga ketika datang ke acara pernikahan yang diselenggarakan sesuai syariat. Saya mengajak suami agar nanti membuat konsep acara yang mirip untuk pernikahan anak-anak kami agar menghindari kemudaratan dan memasyarakatkan nilai-nilai Islam.

Badai Rindu

Aku rindu
pada bunyi dering gawaiku
di layarnya bertuliskan panggilanku untukmu
yang dulu sering menggangguku

Sederhana tapi Bermakna (bagian 2)


Awan hitam menggelantung berkumpul di langit, pertanda akan turun hujan. Padahal tadi saat mau berangkat, aku sempat bergumam dalam hati, apakah kiamat sudah sangat dekat? Gempa banyak terjadi dan kemarau terus berlangsung. Alhamdulillah siang ini Allah turunkan rahmat-Nya untuk membasahi bumi yang sudah cukup kering. Kami sempat terkena sedikit rintik-rintik hujan di jalan menuju rumah.

Sederhana tapi Bermakna

Pada penghujung malam Minggu ini, ada rasa syukur luar biasa kepada Sang Pemberi Kehidupan. Hari ini terasa berbeda. Tidak, kami tidak mengunjungi tempat wisata nan menawan. Bukan pula menonton film di bioskop, karena tak ada mall di sini. Kami pun tidak menyantap makanan restoran hari ini. Akan tetapi, kegembiraan dan keceriaan terpancar dari sulung kami di hari Ayah dan Ibu lengkap seharian bersamanya. Alhamdulillah, Allah mengaruniakan rasa syukur ke relung hati kami akan hal-hal yang sederhana, sehingga menjadi bermakna dan berkesan.

Malas Menyetrika Bukan Masalah

sumber gambar: blog.hemat.id

Tumpukan baju yang sudah dicuci tapi belum disetrika sering kali menggunung dan jadi momok bagi saya, dan mungkin sebagian besar ibu-ibu. Dengan berbagai keadaan dan pertimbangan, saya tidak menyubkontrakkan pekerjaan menyetrika kepada orang lain, sehingga selalu menunda-nunda dan mengakhirkan, bahkan ogah-ogahan untuk mengerjakannya. Kalau mencuci walau hampir setiap hari rasanya oke-oke saja. Tapi ketika sudah berhadapan dengan setrikaan, rasa malas kronis menghampiri seperti enggan pergi.

Quwwatul Maal (Kekuatan Finansial) - bagian 2

Quwwatul Maal (bagian 1)

a.       Kebutuhan jihad akan harta (Ihtiyajatul Jihad)
Jihad yang sempurna adalah dengan jiwa, harta, dan lisan. Akan tetapi, ada keadaan yang menghalangi manusia untuk berjihad dengan jiwa. Maka ia wajib berjihad dengan harta yang keutamaannya seperti orang yang ikut berjihad secara langsung. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menyiapkan kendaraan perang di jalan Allah berarti ia telah ikut berperang, dan barang siapa meninggalkan perang tetapi menggantinya dengan kebaikan berarti ia pun telah ikut berperang.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).

Quwwatul Maal (Kekuatan Finansial)

Islam tidak mengajarkan untuk membenci dunia. Beberapa sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abdur Rahman bin Auf, dan Utsman bin ‘Affan justru dengan senang hati menggunakan harta kekayaannya untuk membela agama Allah. Rasulullah SAW juga tak pernah melarang mereka bekerja sungguh-sungguh untuk meraih keuntungan duniawi. Karena untuk menegakkan Islam membutuhkan bekal dan persiapan, salah satunya adalah harta.

Satu Oktober

Enam tahun lalu tepat di hari ini
seorang lelaki
datang memberanikan diri
untuk menyatakan keinginan hati

Kembali Diingatkan

Kita kembali diingatkan
bahwa semua hanya titipan
Dalam satu hitungan
Dia mampu meluluhlantakkan

Danau Mooat

Dalam rangka Hari Statistik Nasional, 26 September 2018 lalu, Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu melakukan rangkaian kegiatan bertempat di Danau Mooat. Acara ini melibatkan para pegawai, dharma wanita, dan para mitra statistik. Sebagai salah satu anggota dharma wanita, saya juga berkesempatan hadir di sana dan terinspirasi untuk menuliskan review.