Ini dia si sandal merah. sumber gambar: dok. pribadi |
Kemudian ketika sandal jepitnya sudah kekecilan, kami
membelikan si sandal merah ini di pasar tradisional. Sandal tersebut lumayan
awet, mungkin karena kami lebih meningkatkan kewaspadaan saat si kecil mulai
mengantuk. Sempat jatuh juga tapi masih bisa ditemukan kembali. Akan tetapi, si
sandal merah malah tertinggal di mobil sahabat saya setelah kami menumpang ke
suatu acara. Malam itu, Hanif tertidur di mobil setelah melepas sandalnya. Saya
lupa dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah sambil menggendongnya menuju
tempat tidur.
Hingga lebih dari seminggu, kami tak jua sempat mengambil
sandal itu ke rumah sahabat tadi. Ia pun belum sempat mengantarkannya. Kami sedang
tidak ada agenda bersama sehingga belum juga bertemu. Selama itu, Hanif kembali
memakai sandalnya yang sudah kekecilan. Ayahnya merasa kasihan, akhirnya
mengajak saya dan Hanif membeli sandal yang baru. Kami memilih bahan yang lebih
bagus dan juga ukuran agak besar agar lebih awet.
Nahasnya, tidak sampai 24 jam, sebelah sandalnya yang baru
dibeli hilang. Lagi-lagi karena Hanif tertidur saat di atas motor. Memang ia pelor (nempel, molor) kalau sudah kena
angin di motor. Ayahnya sebenarnya malas harus menyisir jalan kembali mencari
pasangan sandal yang hilang. Akan tetapi, saya merasa sayang sehingga memintanya
melakukan hal tersebut. Memang dasar belum rezeki, sebuah sandal gres nan bagus
itu tak ditemukan.
Esok harinya, saya sempatkan berkunjung ke rumah sahabat
yang di dalam mobilnya ada si sandal merah. “Ada sandalnya, tapi lupa taruh di
mana karena beberapa hari lalu baru bersih-bersih mobil,” katanya membuat saya
pasrah.
Dia pun berkeliling rumah, mondar-mandir ke depan, belakang,
dan samping kanan kiri. Akhirnya ditemukan. Alhamdulillah Hanif masih berjodoh
dengan si sandal merah. Ia pun senang bisa kembali memakainya ke mana-mana.
Drama kembali terjadi. Kali ini sebelah sandal merahnya
hilang setelah kami sarapan bubur ayam di pinggir jalan. Padahal sudah mau
sampai rumah, kami jadi balik arah lagi. Alhamdulillah sandal ditemukan di
tenda bubur ayam tadi. Lapaknya sudah tutup saat itu, tapi sebiji sandal merah
itu diletakkan rapi (sepertinya) oleh tukang bubur di bangku tempat makannya. Sandal
itu pun masih ada hingga kini sudah tak lagi muat di kaki sulung kami.
Kisah tadi kembali mengingatkan akan hakikat rezeki. Benarlah
adanya, kalau rezeki tak akan ke mana. Kalau ke mana-mana berarti bukan rezeki.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril),
telah membisikkan ke dalam kalbuku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai
sempurna rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara
dalam mencari rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk
mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya rezeki di sisi
Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.”
Maka tugas kita adalah memperbaiki cara dalam mencari
rezeki. Rezeki sudah dijamin, barakah-nya
yang harus kita kejar. Tak perlu menggunakan cara-cara tidak halal hingga
menghalalkan segala cara. Kalau dapatnya akan sama saja, tentu lebih beruntung
dan mulia jika diupayakan dengan jalan-jalan kebaikan. Sebab sejatinya, yang
kita cari adalah rida dari Sang Maha Pemberi Rezeki.
“Go easy on yourself, for the outcome of all affairs is determined by God’s decree. If something is meant to go elsewhere, it will never come your way, but if it is yours by destiny, from you it cannot flee.” (Umar bin Khattab)
#NonFiksi
#ODOPBatch6
#Hari59
😁😁😁 mantap
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung, Mbak. :)
Hapusanakku yang sulung juga pelorrrrr mb, sama kek emaknya ini, xixixixii
BalasHapusMemang gitu ya anak-anak hehehe..
Hapusmau diambil dengan lembut atau paksa, dapetnya ya itu-itu aja. tapi yang beda adalah berkahnya. (Salim A. Fillah) belaku ga punya buat jodoh kayaknya, buat mencari rejeki juga. hihii
BalasHapusSepakat, Mbak :)
HapusKeren banget... rizki itu pasti,.kemuliaan yang haris dicari..
BalasHapusSemangat mencari berkah dari rezeki yang telah Allah takdirkan untuk kita ya Mbak Rohmah. :)
HapusSandal yang tertinggalpun kalau masih rizki akan kembali. Keren mbak
BalasHapusBetul, Mbak. Begitu pun rezeki-rezeki lain yang lebih besar dari 'sekedar' sandal.
HapusKalau masih rezeki memang tidak akan tertukar ya mba 😊. Emak2 emang pasti gitu deh, balik lagi nyisir. Sementara suami mah tinggal aja, beli baru.
BalasHapusIya hehehe :D
HapusTerima kasih sudah berkunjung, Mbak. :)
BalasHapus