sumber gambar: www.ambau.id |
“Nak,
enggak mau ikut daftar PNS kan?
Kenapa?” Pertanyaan ibu mertua Almira memecah keheningan makan malam mereka
berdua di sebuah rumah di pinggiran Jakarta Timur.
“Biar
enggak bingung, Bu, kalau nanti Mas
Adri dipindahtugaskan lagi. Mira tinggal ikut saja. Enggak perlu galau mau terus kerja tapi berjauhan atau harus pilih resign.” Jawab Almira penuh keyakinan.
“Oh.
Iya juga sih, sekarang saja jerawatmu sudah bertambah terus karena jauh dari
suami.” Ibu mertua Almira meledeknya sambil terkekeh. Tapi raut wajah keheranan
tak dapat disembunyikannya. Ia yang bertahan hidup dan menghidupi hingga
menikahkan anaknya dari penghasilan sebagai PNS sejak suaminya meninggal lima
belas tahun lalu tentu merasa tak habis pikir dengan menantunya. Apoteker dari
UI yang sedang meneruskan pendidikan S2 Farmasi di Unpad memilih akan mengabdi
di rumah saja. Apalagi beliau turut membantu biaya pendidikan Almira karena
ayahnya baru saja meninggal tanpa menyisakan harta warisan.
Almira
hanya terkekeh. Yang ada di pikirannya sekarang adalah segera menyelesaikan
kuliah dan menyusul suaminya ke Kotamobagu. Salah satu kota yang berada di
Provinsi Sulawesi Utara yang menjadi tempat tugas Adri kini. Almira baru satu
kali ke sana saat sudah tak tahan lagi menahan rindu kepada suaminya. Ia sudah
sangat siap meninggalkan gemerlap dan segala kemudahan kota Jakarta. Tempat dia
tumbuh besar hingga bertemu suaminya dan menikah.
Inilah
jalan sepi yang Almira pilih. Sering dipandang aneh oleh orang lain,
bahkan keluarganya sendiri. Almira yakin, walau tidak menjadi PNS, rezeki yang
telah Allah takdirkan untuk keluarga mereka tidak akan berkurang. Karena rezeki
sudah ditentukan oleh-Nya. Karena rezeki bukan hanya tentang harta.
#TantanganODOP2
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day19
#fiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar