Buku Solo Perdana

Setelah tiga kali terlibat dalam penulisan buku antologi, kini tiba kesempatan untuk berkarya dalam buku solo. Tema yang diangkat adalah renungan dan motivasi senada dengan niche blog ini. Merenung dan memotivasi soal apa ya? Sebagai manusia, saya memiliki beberapa peran dan amanah. Sebagai anak, kakak, cucu, istri, ibu, tante, pengurus organisasi, anggota masyarakat, tetangga, anggota dharma wanita, dan lain-lain. Maka, saya akan memilih salah satunya sebagai topik buku solo perdana ini.
Topiknya terkait dengan peran pertama saya yaitu sebagai anak. Tepatnya buku ini akan membahas sosok Aba, panggilan untuk ayah saya. Beliau sudah berpulang empat tahun lalu menyusul Mama yang telah lebih dulu berpulang dua puluh empat tahun silam. Kenangan dengan Mama sedikit sekali yang mampu saya ingat karena baru berumur empat tahun kala beliau wafat. Lain halnya dengan Aba yang telah mengisi dua puluh empat tahun hidup saya. Kenangan-kenangan tentangnya berkelebatan di benak.
Saya yang cenderung pelupa, ingin menuliskan kisah-kisah kami dalam buku ini. Maka, membacanya lagi nanti akan kembali mengingatkan saya akan kebaikan-kebaikan hatinya. Mengingatkan saya juga untuk terus mengirimkan untaian cahaya doa untuk beliau. Kelak, saya pun akan menceritakan sosoknya pada cucu-cucunya, dan semoga buku ini dapat dibaca pula hingga keturunan-keturunan berikutnya. Diambil yang baik sebagai teladan, diperbaiki yang salah agar menjadi pelajaran.
Sebagai anak, saya merasa masih jauh dari predikat baik. Banyak sesal yang sebenarnya tak berguna lagi karena Allah telah menentukan takdirnya. Maka, saya berharap curahan hati saya di buku ini bisa bermanfaat bagi para pembaca yang masih bisa memeluk orang tua, khususnya ayah mereka. Agar dapat memperbaiki kesalahan, menambal kekurangan, dan melukis senyum di wajah mereka yang tercinta. Agar tak menyesal karena sesungguhnya mereka tak selamanya bisa kita temui, tatap matanya dan ajak bicara. Agar kita pun kembali ingat dengan cinta tulus kepada mereka sewaktu kita masih kecil. Cinta tulus yang menuntun kita berbakti bukan karena terpaksa atau suatu kelaziman. Berbakti dari hati, mendoakan karena sayang, dan membahagiakan dua manusia pertama di dunia yang membuat kita tertawa riang.
Sebelum kau merindu, tapi tak lagi bisa bertemu sepanjang waktu yang tak tentu.

#NonFiksi
#ODOPBatch6
#Hari80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar