Malamnya
kami bertiga pergi ke klinik tersebut. Saat kami baru turun dari motor di
tempat parker, Dokter sedang berjalan ke luar klinik dengan membawa tas di
tangan dan tanpa memakai jas putih. Kami menduga beliau akan pulang.
“Itu
Dokter Ayu kan, Yang?” tanya suami menyuruh saya untuk segera menghampiri
beliau.
“Mau
periksa?” Dokter sudah lebih dulu menanyakan dengan ramah ketika saya mendekat.
“Iya,
Dokter,” jawab kami hampir bersamaan.
“Mari.”
Dikatakannya dengan ramah sambil berjalan ke arah ruang praktik.
Saya
pun dipersilakan naik ke tempat tidur, perawat membuka perut saya, dan dokter
dengan sigap memeriksa dengan USG. Tak lupa beliau ucapkan permisi dan maaf
sesaat akan memeriksa. Dokter menekan-nekan perut saya hingga sedikit terasa
sakit. Gambaran USG yang saya lihat di layar di depan saya belum fokus. Dokter kembali
mencari-cari sambil menjelaskan kepada kami.
“Ini
sudah terlihat janinnya. Masih kecil. Tapi dibanding dua minggu lalu yang baru
kelihatan kantung, ini sudah tampak janinnya. Artinya ada perkembangan.” Ah,
saya terharu dengan pemilihan kata-kata positif yang beliau gunakan. Senyum ramahnya
pun menambah kenyamanan.
“Tapi
denyut jantungnya belum terdengar jelas karena berdasarkan USG ini masih 7-8
minggu. Jadi kontrol dua minggu lagi ya untuk mendengar jelas denyutnya.” Beliau
menambahkan.
Kami
pun ke luar ruangan setelah berterima kasih dan menuju ruang apotek untuk
menebus resep vitamin yang Dokter berikan dalam bentuk multivitamin, sehingga
lebih lengkap komposisinya. Lagi-lagi harga vitaminnya seratus tiga puluh lima
ribu untuk lima belas kapsul. Bedanya dengan yang lalu, pada kemasan primer vitamin
ini tertera HET (Harga Eceran Tertinggi) sebesar Rp 42.874,00 untuk enam
kapsul. Saya pun menghitung untuk lima belas kapsul maka HET-nya Rp 107.185,00.
Wah,
jauh sekali mereka menaikkan harga di atas HET hingga mencapai selisih hampir
Rp 2.000,00 per kapsulnya. Inilah susahnya hidup di Kotamobagu. Harga obat-obat
resep sering kali melangit. Membuat kami ingin membuka apotek dengan harga yang
lebih ‘waras’. Eh tapi, dipikir-pikir, kayaknya lebih baik berdoa bisa segera
pindah ke tempat yang lebih baik saja deh
untuk perkembangan anak-anak dan keluarga kami.
Saya
pun jadi penasaran mencari tahu harga vitamin tadi di apotek lain. Saya juga
berniat untuk menebus resep di apotek lain pada pemeriksaan berikutnya. Tetep ye emak-emak. :-P
***bersambung***
Adek Janin (bagian 7)
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar