Tidak
jauh dari rumah itu, masih di pinggir jalan besar juga, ada Warung Jawa langganan
kami. Pemiliknya sedang membangun rumah di belakang warung. Kami tertarik
karena rumah baru. Ternyata sudah ada yang mau, tapi belum memastikan. Maka kami
pun menunggu sambil berharap semoga rumah itu menjadi jodoh kami.
Beberapa
bulan berlalu, ternyata yang sebelumnya menyatakan berminat dengan rumah tadi
tidak juga muncul batang hidungnya. Kami pun ditawari mau menempati rumah baru
itu atau rumah lamanya yang ada di Perumnas Pobundayan Permai. Awalnya, saya
tentu bersemangat menempati rumah baru, karena rumah lamanya sudah ditempati
belasan tahun dan kabarnya akan ada barang-barang yang ditinggal jika kami
memilih rumah tersebut.
Masuklah
pada pembicaraan harga. Yang rumah baru seharga dua kali lipat kontrakan kami
sebelumnya. Sedangkan rumah lama enam juta rupiah lebih murah selisihnya. Saya sempat
kecewa dan menyerahkan keputusan kepada suami. Saya sudah lelah mencari-cari
rumah kontrakan. Belum rela menempati rumah lama tadi, tapi belum mampu jika
memilih rumah yang baru. Suami pun diam seolah memberi saya waktu untuk
mengelola emosi. Dia sendiri sedari awal tidak masalah jika menempati rumah
lama. Hanya saja saya masih memasang standar tinggi, sehingga jadi mutung.
Setelah
mencoba berdamai dengan diri sendiri, saya pun menyetujui pendapat suami. Saat survei
melihat rumahnya pun saya tidak terlalu memperhatikan detail demi mengurangi
kekecewaan. Selain karena memang rumah cukup lama ditinggali dan penuh dengan
barang, saya menyudahi pertentangan hati. Akhirnya deal. Dua bulan dari saat itu kami akan pindah ke sana.
Hari
berlalu, ada saja orang-orang yang menawari lagi rumah kontrakan, bahkan
rumahnya untuk dijual. Karena menghargai kesepakatan sebelumnya, saya tidak
pernah mau mengetahui lebih lanjut tentang rumah-rumah yang ditawarkan. Belajar
bersyukur dengan yang ada dan mengurangi mengeluh apalagi menyesali keputusan
yang diambil.
Cari rumah kontrakan mirip-mirip dengan cari jodoh. Kita tentu punya harapan dan keinginan. Setelah berikhtiar, Allah telah tentukan jodohnya, maka sikap terbaik kita adalah menerima segala kekurangan dan kelebihannya serta menyamankan diri dengan banyak bersyukur. Tak perlu tengok-tengok lagi mencari yang lain. Karena tak ada yang sempurna di dunia ini. Yang perlu dikurangi adalah mengeluh. Yang perlu diperbanyak adalah rasa syukur dan rasa cukup di dalam hati.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar