Klek.
Pintu ruangan tempatku berada dibuka oleh perawat berjilbab hijau. Seorang ibu muda
mendekati usia 30 dipapah dari kursi roda untuk dibaringkan di atasku. Ia telah
mendapat perawatan dan pemeriksaan di UGD khusus pasien materna. Badannya tidak
gemuk dan tidak juga kurus, sehingga aku tidak merasa kepayahan menopangnya. Hanya
saja sepanjang malam Minggu itu hingga keesokan siangnya, ia tak bisa tidur
kecuali hanya beberapa menit. Ia didera sakit perut bagian bawah yang
terus-menerus.
Dari
percakapan yang kudengar antara ia dengan dua teman perempuannya yang datang tengah
malam, embrio yang dikandungnya sedang proses meluruh ke luar dari rahimnya. Pantas
saja ia tak bisa tenang walau sebentar. Miring ke kanan, miring ke kiri, balik
lagi ke kanan, ke kiri lagi, terus saja begitu. Ikut sedih aku melihatnya. Ingin
rasanya aku memeluk dan menepuk bahunya sambil mengatakan, “Tidak apa-apa. Kamu
tetap ibu yang hebat. Allah sayang padamu dan Maha Tahu yang terbaik untukmu.”
Tak
kulihat air mengalir dari kedua matanya. Sepertinya ia sudah menata hati
menghadapi keadaan ini. Begitu pun dengan suami yang menemani dan sibuk ke sana
ke sini mengurus keperluannya seorang diri. Mulai dari bolak-balik rumah
mengambil baju dan peralatan lainnya karena ternyata mereka tak ada persiapan
untuk dirawat di rumah sakit, menebus resep di apotek, mengambil makanan di
instalasi gizi, hingga mencari obat langka hingga keliling apotek dan rumah
sakit di kota ini. Sungguh mengharukan. Istri yang tabah dan suami yang
tangguh. Aku jadi tak henti memperhatikan mereka.
Malam
keduanya bersamaku dilalui dengan lebih tenang. Ia dan suaminya tidur lebih
awal dan cukup nyenyak. Aku lega menyaksikannya. Beberapa sahabat mereka datang
menengok mulai dari pagi hingga sore hari bergantian, membawakan berbagai
makanan dan buah-buahan serta menghibur hati pasien. Saking banyaknya makanan
yang didapat, mereka membagikan sebagiannya besar kepada perawat yang bertugas
di shift malam.
Akulah
matras di ranjang Ruang Rawat Asoka Departemen Materna di sebuah RSUD. Berbagai
pasien telah aku topang dan saksikan kisahnya. Mulai dari pasien yang
berbahagia dengan kehadiran sang buah hati. Ada pula yang berduka cita karena
bayi yang dilahirkan tak berapa lama meninggalkan dunia tempat orang tuanya
berada. Juga pasien yang masygul karena gugurnya janin muda yang sangat
dijaganya. Bahkan pasien dengan kanker rahim yang perutnya membuncit dan harus
segera dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar. Mereka semua menjalani skenario
Allah yang Maha Pengasih.
#TantanganODOP6
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day45
#fiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar