“Ibu, mau peluk Adek Janin.”
***
“Mau
cium Adek Janinnya, Ibu!”
***
Awalnya
tak berniat melanjutan seri tulisan Adek Janin
ini. Seiring perkembangan Kakak Hanif yang begitu antusias dan menyayangi calon
adiknya sekaligus tambah bermanja kepada ibu dan ayahnya, maka saya pun
terdorong untuk meneruskan ceritanya. Semoga tetap membawa manfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca sekalian.
Lima
belas hari berlalu sejak pemeriksaan pertama ke klinik dokter kandungan. Saya pun
menuruti saran dokter tersebut untuk kembali memeriksakan kehamilan, memastikan
perkembangan janin. Akan tetapi, naluri emak-emak
ingin mencari yang biayanya lebih hemat ini tergerak untuk mencoba melakukan
pemeriksaan di RSUD sebagai pasien umum alias tanpa BPJS.
Setelah
menyelesaikan urusan domestik di pagi hari, saya menyiapkan diri dan Kakak
Hanif untuk pergi ke RSUD. Ayahnya sempat ‘kabur’ sebentar dari kantor untuk mengantar
kami. Saya pun segera mendaftar ke loket Poliklinik sesampainya di sana. Kakak
Hanif menunggu di luar sambil bermain sepeda yang saya bawakan dari rumah
bersama ayahnya.
“Pasien
umum atau BPJS, Ibu?” tanya perawat di loket.
“Umum,
Ses. Mau periksa kehamilan”
“Pendaftaran
sepuluh ribu ya, Bu,” katanya lagi.
“Kalau
USG bayar berapa, Ses?” tanya saya
sambil menyerahkan uang pendaftaran.
“Seratus
lima puluh ribu kalau ndak salah. Coba
nanti Ibu tanya di dalam. Cepat masuk ya, Bu. Dokter sudah ada,” jawabnya ramah
di tengah ramainya pasien saat itu.
“Dokter
siapa Ses?” tanya saya penasaran
karena dokter klinik tempat periksa sebelumnya juga berpraktik di RSUD.
“Dokter
Ayu, Bu.”
“Oke,
terima kasih.” Saya pun berlalu menuju ruangan KIA dan KB sambil berpikir cepat
dan menimbang-nimbang akan bertemu dokter yang sama tapi di tempat praktik yang
berbeda.
Ada
beberapa antrean di dalam ruangan. Sambil menunggu giliran, saya segera
menanyakan biaya pemeriksaan sekaligus USG untuk pasien umum kepada perawat di
sana. ternyata betul seratus lima puluh ribu. Akhirnya saya memutuskan untuk
keluar dulu bercerita dengan suami, walau dalam hati sudah agak memutuskan
untuk membatalkan pemeriksaan di RSUD.
“Mas,
seratus lima puluh ribu juga periksanya. Ditambah uang pendaftaran sepuluh
ribu.”
“Jadi
seratus enam puluh ribu dong?”
celetuknya sambil tertawa meledek saya yang berusaha mencari yang lebih hemat
malah dapat lebih mahal.
“Nanti
malam aja ya di klinik? Sekarang di sini sama Dokter Ayu juga.” Saya meminta
persetujuan.
“Iya,
lebih nyaman di sana juga,” katanya menyetujui.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar