Awan hitam menggelantung berkumpul di langit, pertanda akan
turun hujan. Padahal tadi saat mau berangkat, aku sempat bergumam dalam hati, apakah
kiamat sudah sangat dekat? Gempa banyak terjadi dan kemarau terus berlangsung. Alhamdulillah
siang ini Allah turunkan rahmat-Nya untuk membasahi bumi yang sudah cukup
kering. Kami sempat terkena sedikit rintik-rintik hujan di jalan menuju rumah.
Sesampainya di rumah, Hanif dengan sukarela menaiki tempat
tidur dan merebahkan diri lalu memejamkan matanya. Memang sejak habis dari
pasar tadi, ia sudah mulai mengantuk, bahkan sempat tertidur di motor. Setelah sedikit
beres-beres, ayah ibunya pun ikut menyusul ke Pulau Kapuk, sambil menikmati
suasana rintik hujan di luar.
Sore harinya kami bangun, mandi, dan menikmati mi goreng
telur. Lumayan untuk mengganjal perut saat kondangan nanti. Karena seperti yang
sudah pernah aku ceritakan sebelumnya di sini, bahwa kalau diundang jam 19.00
WITA, maka acara makan baru akan dimulai sekitar pukul 21.30 WITA. Maka, jangan
coba-coba datang dalam keadaan perut kosong. Bisa-bisa keroncong berdendang
syahdu di lambung.
Selepas
salat Isya kami bersiap pergi ke kondangan. Hujan masih rintik-rintik membuat
galau untuk tetap pergi bermotor. Alhamdulillah selesai kami berganti pakaian,
hujan pun berhenti. Kami tiba di tempat acara pukul 20.30 WITA. Masih acara
sambutan dari pemerintah. Sudah aku duga. Hanif mulai ceriwis meminta
diambilkan puding coklat dan es buah. Padahal tamu belum dipersilakan makan. Terlihat
dan terdengar suara gawai yang dimainkan anak-anak lain di tengah-tengah acara
sambutan. Alhamdulillah Hanif cukup ditenangkan dengan mainan bis Tayonya. Tak ikut
membisingkan suasana dengan bunyi musik, video, dan game dari hape.
Seusai
acara, kami berfoto di depan gedung yang hasil fotonya merupakan suvenir pernikahannya.
Hanif antusias sekali diajak foto. Bahkan hasil cetak fotonya tak mau ia lepas.
“Punya Hanif,” katanya. Sampai di rumah pun dengan ceria dia ceritakan terus
terkait foto tersebut. Sampai-sampai ibunya tak boleh membereskannya. Ingin ia
pegang terus.
sumber gambar: dok. pribadi |
Hari
ini kami semakin sadar, bahwa bahagia memang sederhana. Sesederhana sarapan
pisang goreng. Semurah-meriah makan di warteg. Setenang salat jama’ah di
masjid. Sereceh membeli keperluan di pasar. Sesejuk menikmati udara sehabis
hujan. Seceria foto bertiga yang apa adanya. Sesimpel naik motor ke mana-mana. Dan
se- se- lain yang remeh-temeh tapi sering kali terlupa, padahal itu amat
bermakna.
Nikmat
Allah sungguh tak terhingga, maka pantaskah kita masih mengeluh?
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar