Adek Janin (bagian 6)


Malamnya kami bertiga pergi ke klinik tersebut. Saat kami baru turun dari motor di tempat parker, Dokter sedang berjalan ke luar klinik dengan membawa tas di tangan dan tanpa memakai jas putih. Kami menduga beliau akan pulang.

“Itu Dokter Ayu kan, Yang?” tanya suami menyuruh saya untuk segera menghampiri beliau.
“Mau periksa?” Dokter sudah lebih dulu menanyakan dengan ramah ketika saya mendekat.
“Iya, Dokter,” jawab kami hampir bersamaan.
“Mari.” Dikatakannya dengan ramah sambil berjalan ke arah ruang praktik.
Saya pun dipersilakan naik ke tempat tidur, perawat membuka perut saya, dan dokter dengan sigap memeriksa dengan USG. Tak lupa beliau ucapkan permisi dan maaf sesaat akan memeriksa. Dokter menekan-nekan perut saya hingga sedikit terasa sakit. Gambaran USG yang saya lihat di layar di depan saya belum fokus. Dokter kembali mencari-cari sambil menjelaskan kepada kami.
“Ini sudah terlihat janinnya. Masih kecil. Tapi dibanding dua minggu lalu yang baru kelihatan kantung, ini sudah tampak janinnya. Artinya ada perkembangan.” Ah, saya terharu dengan pemilihan kata-kata positif yang beliau gunakan. Senyum ramahnya pun menambah kenyamanan.
“Tapi denyut jantungnya belum terdengar jelas karena berdasarkan USG ini masih 7-8 minggu. Jadi kontrol dua minggu lagi ya untuk mendengar jelas denyutnya.” Beliau menambahkan.
Kami pun ke luar ruangan setelah berterima kasih dan menuju ruang apotek untuk menebus resep vitamin yang Dokter berikan dalam bentuk multivitamin, sehingga lebih lengkap komposisinya. Lagi-lagi harga vitaminnya seratus tiga puluh lima ribu untuk lima belas kapsul. Bedanya dengan yang lalu, pada kemasan primer vitamin ini tertera HET (Harga Eceran Tertinggi) sebesar Rp 42.874,00 untuk enam kapsul. Saya pun menghitung untuk lima belas kapsul maka HET-nya Rp 107.185,00.
Wah, jauh sekali mereka menaikkan harga di atas HET hingga mencapai selisih hampir Rp 2.000,00 per kapsulnya. Inilah susahnya hidup di Kotamobagu. Harga obat-obat resep sering kali melangit. Membuat kami ingin membuka apotek dengan harga yang lebih ‘waras’. Eh tapi, dipikir-pikir, kayaknya lebih baik berdoa bisa segera pindah ke tempat yang lebih baik saja deh untuk perkembangan anak-anak dan keluarga kami.
Saya pun jadi penasaran mencari tahu harga vitamin tadi di apotek lain. Saya juga berniat untuk menebus resep di apotek lain pada pemeriksaan berikutnya. Tetep ye emak-emak. :-P
***bersambung***



Adek Janin (bagian 7)

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar