Aku memanggilnya Aba (bukan Abah ya). Lelaki yang merupakan
cinta pertamaku ini telah menjadi orang tua tunggal sejak usiaku 4 tahun dan
adikku, Haris, 11 bulan. Allah menakdirkan mengambil kembali Mama kami pada
usianya yang masih muda, 29 tahun. Aba tentu terpukul hingga kuingat beliau
pingsan berkali-kali di hari ia menjadi duda. Saat itu kami berdomisili di
Karawang, Jawa Barat.
Buku Solo Perdana
Setelah tiga kali terlibat dalam penulisan buku antologi, kini tiba kesempatan untuk berkarya dalam buku solo. Tema yang diangkat adalah renungan dan motivasi senada dengan niche blog ini. Merenung dan memotivasi soal apa ya? Sebagai manusia, saya memiliki beberapa peran dan amanah. Sebagai anak, kakak, cucu, istri, ibu, tante, pengurus organisasi, anggota masyarakat, tetangga, anggota dharma wanita, dan lain-lain. Maka, saya akan memilih salah satunya sebagai topik buku solo perdana ini.
Ingin Kusampaikan Padamu
Sekian waktu kita lalui bersama sosok penuh makna itu. Kian banyak memori terlahir bersama sang ayah. Akan tetapi, ada hal-hal yang belum sempat tersampaikan meski ingin sekali kita katakan kepadanya. Entah rasa canggung yang menyelimuti. Entah waktu perpisahan yang begitu cepat dan datang dengan tiba-tiba. Entah kita yang sibuk bertumbuh dewasa, hingga tak sadar beliau pun semakin menua. Tak sadar bahwa tak selamanya lelaki kuat itu akan hidup. Terlupa bahwa masa kebersamaan terus berlari ke penghujungnya.
Momen Berkesan Bersama Ayah
Arti ayah dalam hidup seorang anak merupakan hasil mozaik dari berbagai momen bersama yang beliau ukir. Momen-momen berkesan yang akhirnya akan terkenang selama sisa hidup sang anak dan mengilhami setiap langkahnya. Pada tulisan sebelumnya, kita telah menyimak arti ayah bagi anak dari ketiga narasumber yang penuh dengan inspirasi positif, kita jadi penasaran momen-momen apa yang paling berkesan bersama ayah mereka. Kebersamaan seperti apa yang dihabiskan bersama sang Ayah hingga membuat kesan penuh makna dalam diri anaknya.
Arti Ayah
8 Langkah Mudah Memulai #belajarzerowaste (bagian 2)
Bagaimana, cukup mudah ya empat langkah awal memulai #belajarzerowaste? Simak, empat langkah selanjutnya berikut ini.
Ini jadi paketan sama botol minum, sedotan, dan wadah makanan yang kita bawa, supaya tidak menggunakan peralatan makan sekali pakai berbahan plastik. Terbayang ribet ya? Padahal kalau sudah dijalani ternyata mudah dan membahagiakan hati lho. Tentu kita tak harus beli yang lucu-lucu seperti di ilustrasi. Bawa saja yang ada di rumah dan manfaatkan kantung atau pouch yang ada.
8 Langkah Mudah Memulai #belajarzerowaste (bagian 1)
Sudah sampaikah kepadamu kabar bahwa
berdasarkan data The Wall Street Journal, Indonesia menempati peringkat ke-dua
dari 192 negara yang mencemari laut dengan sampah? Beberapa hari lalu kita
kembali diingatkan dengan kematian seekor paus sperma di Perairan Pulau Kapota,
Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Di dalam perut paus tersebut
terdapat hampir 6 kilogram sampah plastik dan sandal jepit. Baca berita
lengkapnya di sini.
Adab Dulu, Baru Ilmu
Tiga tahun lalu saya pernah mengajar di SMK suatu daerah. Saya mendapat jadwal jam pelajaran pertama. Ada siswa yang terlambat parah sekali hingga satu setengah jam. Siswa ini langsung saja duduk di bangkunya tanpa sepatah kata pun seolah tak ada yang salah. Setelah saya tanya pun ia hanya meminta maaf sekedarnya dengan wajah kantuknya. Ternyata ia hanya tinggal di indekos dekat sekolah. Terlebih lagi, kehadirannya selama satu semester bisa dihitung hanya dengan sebelah tangan. Sungguh miris dan mengherankan.
Sehat dengan Mengontrol dan Mencukupkan
sumber gambar: iyskitchen.blogspot.com |
Berani Mengakui Kesalahan dan Memperbaikinya
Beberapa rumah di Kampung Lodan, Jakarta Utara rusak dan nyaris ambruk pada Ahad, 18 November 2018 lalu. Hal ini terjadi setelah tanah ambles karena pengerukan Sungai Ciliwung dan pembangunan turap. Dari berita yang dilansir TEMPO.CO, seorang warga terkena dampak longsor menerangkan bahwa petugas menemukan bangkai mesin menempel di tanah. Ia menduga penarikan bangkai mesin tersebut yang menjadi penyebab utama longsor. Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang belum memastikan penyebab longsor, menyatakan bahwa fondasi tanggul di sungai Jakarta tidak ditanam cukup dalam sehingga pengerukan di bagian tengah sungai kurang efektif. Akan tetapi pengerukan agak ke pinggir meningkatkan potensi longsor.
sumber gambar: tempo.co |
Mainan Konstruksi untuk Keluarga
sumber gambar: dok. pribadi |
London Taxi Kickbike Mendorong Keberanian dan Kemandirian Balita
Anak kami alhamdulillah sangat aktif, eksploratif, dan ceriwis sekali di rumah. Setiap hari selalu ada bagian rumah yang ‘terjajah’ olehnya. Akan tetapi, kita di luar rumah bertemu suasana, tempat, dan orang baru, ia termasuk anak yang slow to warm up. Beberapa kali ke taman bermain juga belum berani sendiri, minta ditemani dan dipegangi. Terkadang bikin orang tuanya jadi gemes juga ya.
Siap bertualang, sumber gambar: dok. pribadi |
Belajar Bersama Anak Akhir Zaman
Tangkapan layar dari video NUSSA: Teaser Trailer |
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Hanif termasuk anak yang aktif, ceriwis, dan senang mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya termasuk alat-alat masak ibunya. Maka, saya pun jarang sekali memberikannya gawai untuk menonton kanal Youtube. Karena memang belum saatnya ia berselancar sendiri dengan telepon pintar dan juga banyak sekali tontonan yang tidak baik dan efek-efek negatif lainnya. Eh tapi, sekarang ada serial kartun islami karya anak bangsa yang bermutu dan patut didukung bikin saya jadi ingin mengajak Hanif dan Ayahnya menonton bersama.
Dari, Oleh, dan Untuk Kita
Sebagai lulusan farmasi, awalnya saya skeptis dengan produk obat-obat herbal yang mengklaim dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit tanpa efek samping sama sekali. Apalagi banyak ditemukan obat tradisional atau jamu yang ternyata mengandung bahan kimia obat. Ketika memiliki keluhan kesehatan, saya lebih memilih istirahat dan banyak mengonsumsi buah sayur. Kalau sudah lumayan parah, barulah dengan terpaksa mau meminum obat kimiawi.
Melayani dengan Hati
Tiga tahun sudah merantau ke Kotamobagu, Sulawesi Utara kala itu, saya sedang merasa pegal-pegal, kelelahan dan butuh dipijat. Selama ini belum ketemu salon atau tempat massage untuk muslimah yang klik di hati. Hingga kemudian melihat status facebook seorang teman di sini yang merekomendasikan sebuah salon bernama Grya Spa Mini di daerah Kotobangon. Saya pun coba menelusuri lewat facebook dan google. Kebanyakan status para pelanggannya yang merasa puas dengan pelayanan dan harga yang terjangkau. Saya jadi makin penasaran untuk mencoba.
sumber gambar: dok. pribadi pemilik salon |
Pelajaran Hidup dari Film Miracle in Cell No. 7
sumber gambar: www.netflixable.com |
Korea memang terkenal dengan drama dan filmnya yang sangat menyentuh sisi emosional penonton dengan porsi yang natural dan pas. Cerita yang dihadirkan begitu unik dan menarik, sering kali sarat akan hikmah. Sinematografi dan soundtrack yang ‘niat’ pun menambah nilai plus pada film dan drama dari Negeri Ginseng ini. Tak heran banyak yang menggandrunginya. Salah satu filmnya yang paling populer dan menang banyak perhargaan berjudul Miracle in Cell No. 7. Film yang tayang pada 2013 silam ini dibintangi oleh Ryu Seung-ryong sebagai Lee Yong-gu, Kal So-won sebagai Ye-seung kecil and Park Shin-hye sebagai Ye-seung dewasa.
Menemukan Ketenangan dengan Merenung
Judul
Buku : Membuka Jalan ke
Surga
Nama Penulis : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit : Pustaka Inti
Tahun Terbit : 2004
Nomor ISBN : 979-3751-32-0
Tebal Buku : 200 halaman
Renungan-renungan dan peringatan di dalam buku ini tetap
relevan dibaca hingga kini, meski telah empat belas tahun berlalu sejak cetakan
pertamanya. Saya jadi tertarik menuliskan review-nya
agar kebermanfaatan buku ini bisa lebih meluas.
Keturunan yang Baik dari Sisi-Mu
sumber gambar: islamidia.com |
Ibu, Allah Ada di Mana?
sumber gambar: pixnio.com |
Susahnya Hidup di Era Media Sosial
Hidup pada zaman semua hal sepertinya perlu dibagikan di
media sosial, acap kali membuat hati ciut. Ketika seorang teman SMA mem-posting rumah baru yang mentereng bak
hotel berbintang, saya tersudut dengan rumah yang masih ngontrak. Kalau teman hobi selfie
di mobil dan tak bosan mengunggahnya, saya masih bertanya-tanya kapan kami
mampu untuk memiliki kendaraan roda empat. Ada lagi kawan yang rajin meng-update perkembangan anaknya yang pesat
dan cepat mandiri, kemajuan lain dari anak sendiri jadi seakan debu yang beterbangan
tak terlihat dan luput disyukuri.
Sandal (Tak) Hilang
Ini dia si sandal merah. sumber gambar: dok. pribadi |
Merenunglah
Alhamdulillah, atas izin dan pertolongan Allah, saya dapat
lulus mengikuti program one day one post (ODOP)
selama dua bulan terakhir. Sempat hampir menyerah karena mendapat ujian berupa
keguguran di usia kandungan sepuluh minggu dan dirawat di rumah sakit selama tiga
malam, padahal saat itu program ODOP batch
6 sudah mendekati penghujungnya, tinggal sepekan lebih lagi. Akan tetapi,
mengingat perjuangan satu setengah bulan sebelumnya, semangat saya memacu diri
untuk menuntaskan pembayaran tumpukan utang tulisan di hari-hari terakhir.
Surat Cinta untuk PJ ODOP batch 6
Terima
kasih banyak kepada para Penanggung Jawab Program one day one post (PJ ODOP) batch
6. Rasanya kata-kata di sini tak kan pernah cukup untuk membalas kebaikan
kalian meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan juga kuota internet dalam
membimbing saya dan para peserta lainnya menyelami dunia literasi lebih dalam. Banyak
pengalaman serta pengetahuan baru yang saya reguk melalui program ini tentu tak
lepas dari peran serta para PJ nan tulus dan baik hati.
Adek Janin (bagian 15)
Saya pasrah dibawa ke ruang rawat
menggunakan kursi roda. Di kamar, suami dan kedua sahabat menunggu kedatangan
dan hasil pemeriksaan saya. Satu sahabat saya yang juga teman kantor suami
sudah lebih dulu pulang karena meninggalkan tiga anaknya yang tertidur di
rumah.
“Janinnya sudah mau luruh, Mas,”
kata saya mencoba tawakkal.
Adek Janin (bagian 14)
“Kakak Hanif bobo sama Mbah dulu ya,”
pinta saya sambil menegarkan suara.
“Mau sama Ibu aja. Emang Ibu di mana?” Suara cerianya menyunggingkan
senyum di wajah.
“Ibu di rumah sakit, Nak. Belum boleh
pulang. Jadi Kakak Hanif bobo sama Mbah ya,” bujuk saya.
“Sama Ibu. Sama Ibu. Sama Ibu,” katanya
setengah bersenandung. Saya pun tertawa sambil nelangsa di dalam hati. Pertama kali
dalam hampir tiga tahun hidupnya, ia tidur tanpa pelukan saya. Seketika itu
saya rindu. Ingin segera pulang tapi tak bisa.
Adek Janin (bagian 13)
Ia coba pindah ke lengan kanan,
katanya sulit mendapatkan pembuluhnya. Lalu ia pun keluar sebentar dan kembali
lagi dengan peralatan infus. Suami sudah datang menemani kembali. Sang perawat kembali
berusaha mencari pembuluh darah saya di tangan kiri, tapi tak didapatkannya. Pindahlah
ke tangan kanan, alhamdulillah akhirnya dapat juga. Lumayan sakit saat jarum
menancap di atas tangan saya. Suami menguatkan dengan menggenggam erat tangan
kiri saya sambil mengelus-elus kepala.
Adek Janin (bagian 12)
Beberapa menit menunggu, akhirnya
seorang perawat laki-laki yang tadi duduk di loket mendorong kursi roda saya. Tersusul
lah suami yang tengah panas hati karena dioper ke sana ke sini tanpa ada
perawat yang sigap membantu. Jadilah perawat yang tengah mendorong saya terkena
luapan emosinya. Segera sadar kekhilafannya, suami langsung meminta maaf. Perawat
itu pun santai dan mengerti kegelisahan yang tengah kami alami.
Adek Janin (bagian 11)
Alhamdulillah setelah penjelasan
beberapa kali, Hanif mau menerima ditinggal bersama Mbahnya di rumah. Saya dan
suami beranjak berangkat dengan hati pasrah bercampur harap. Di perjalanan,
saya teringat pertengkaran dengan suami tadi pagi terkait kurang nyamannya
kontrakan baru yang membuat saya menangis. Saya sangat jarang menangis. Ketika endapan
emosi sudah menggunung, barulah pecah tanggul pertahanan air mata saya. Suami merasa
bersalah dan tertekan karena air yang keluar dari sudut-sudut mata istrinya.
Adek Janin (bagian 10)
Kami berjalan menuju apotek klinik
untuk menebus resep obat penguat untuk lima kali pakai. “Seratus delapan puluh
lima ribu,” kata asisten apoteker membuyarkan sedikit lamunan saya. Ternyata
uang di dompet tak cukup. Kami pun urung menebusnya dan berpikir mungkin ini
waktunya kami melakukan survei harga obat di apotek lain.
Berkah
Diberikahi-Nya
sebagai nikmat, ujian
_____
Piawaikan
syukur, sabarmu
#TantanganODOP7
#puisi2,7
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day49
#fiksi
Adek Janin (bagian 9)
Berbeda dengan pemeriksaan
sebelumnya yang menghasilkan gambar yang agak blur, kali ini gambarnya jelas
dan mudah didapat tanpa perlu menekan keras perut bagian bawah. Tapi yang
dikatakan dokter membuat kami agak was-was.
Adek Janin (bagian 8)
Saya membaringkan diri, sementara
suami mandi. Sambil mencoba menenangkan diri, saya melakukan pencarian
informasi di internet dan curhat melalui chat
kepada sahabat bernama Putri. Ia pernah juga mengalami perdarahan saat
hamil muda yaitu di usia kandungan delapan minggu lantaran terlalu semangat
berhubungan suami istri, tapi akhirnya ia keguguran dua pekan kemudian karena
janin tidak berkembang. Ia katakan bahwa kegugurannya tidak ada hubungan dengan
perdarahannya waktu itu, karena perlu diberikan obat dulu untuk meluruhkan
janin dan kantungnya yang sudah menempel kuat.
Adek Janin (bagian 7)
Selasa, 16
Oktober 2018
Saya dan sulung kami ikut suami tugas
luar ke Manado. Kami berangkat dari Kotamobagu pukul 15.00 WITA dan tiba di
Hotel Ibis Manado sekitar pukul 20.30 WITA. Meski sudah cukup malam dan setelah
melalui perjalanan melelahkan (ditambah muntah, mabuk darat), Hanif tetap
semangat setibanya di hotel. Ia berlari menuju lift dan meminta izin saya untuk menekan tombolnya. Saya tentu
memperbolehkannya. Tawa riangnya mengiringi kami hingga masuk ke kamar. Ia pun
sibuk menjelajah isi ruangan, terutama saklar lampu. Lalu sibuk minta
dimandikan, padahal kalau di rumah negosiasi kami cukup alot terkait aktivitas
membersihkan tubuh ini. Memang kebahagian anak kecil inilah alasan saya
membuntuti suami dinas ke luar kota.
Asoka
Klek.
Pintu ruangan tempatku berada dibuka oleh perawat berjilbab hijau. Seorang ibu muda
mendekati usia 30 dipapah dari kursi roda untuk dibaringkan di atasku. Ia telah
mendapat perawatan dan pemeriksaan di UGD khusus pasien materna. Badannya tidak
gemuk dan tidak juga kurus, sehingga aku tidak merasa kepayahan menopangnya. Hanya
saja sepanjang malam Minggu itu hingga keesokan siangnya, ia tak bisa tidur
kecuali hanya beberapa menit. Ia didera sakit perut bagian bawah yang
terus-menerus.
Kisah Bram Berikhtiar Tundukkan Jakarta
Puisi esai pertama pada buku Seri Puisi Esai Indonesia
Provinsi DKI Jakarta yang bertajuk Balada Ibu Kota berjudul Balada Bram
Taklukkan “Kota Gelisah” Jakarta karya Akhmad Sekhu. Puisi ini menggambarkan
dengan baik realita sosial ekonomi yang terjadi di Jakarta, khususnya kelas
menengah cenderung ke bawah. Bram adalah salah satu dari sekian banyak perantau
yang mencari pengharapan hidup yang lebih baik di Jakarta. Ia merupakan pemuda
yang berasal dari Tegal dan lulusan universitas swasta ternama di sana. Tinggalkan
Ibu, kekasih hati, dan kampung halaman demi mengejar mimpi menjadi orang
sukses.
Lomba Resensi Buku Puisi Esai Indonesia
Saya dan beberapa teman dari FLP Kotamobagu berniat
mengikuti lomba meresensi e-book
Puisi Esai Indonesia. Ada 34 buku Seri Puisi Esai Indonesia dari seluruh
provinsi. Peserta boleh memilih salah satu buku atau seluruh seri buku untuk
diresensi. Lomba ini sudah dibuka sejak 17 Agustus 2018 dan akan ditutup pada
31 Oktober 2018. Info lengkap mengenai lomba ini dapat dilihat pada fanpage Lomba Puisi Esai Indonesia-LPEI.
Akan tetapi, karena kesibukan dan kejar setoran untuk komunitas ODOP (one day one post), pengerjaannya terus
tertunda. Maka, sebelum menyusun resensi satu buku, saya ingin menuliskan
resensi per puisi esai untuk kemudian diracik dan diramu.
Motor Murah
Sepulang dari bermain, dengan antusias Rio
menghampiri Papanya. “Pa, Toni pe Papa1 ada jual motor. Murah,
cuma dua ratus ribu, Pa. Beli jo Pa supaya boleh mo bajalang ke sana kamari
deng itu motor2.”
“Ah iyo? Butul-butul ini? Bukang dusta-dusta?”3 Papa
Rio antara percaya tidak percaya.
Mantra Penyembuh
Hari
itu Rio tampak tak bersemangat, wajahnya sendu, sepertinya ada yang mengganggu
pikirannya. Ia adalah bocah kelas dua Sekolah Dasar di sebuah desa di Kabupaten
Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Pak Bagus, seorang guru relawan dari program
Indonesia Mengajar yang bersuku Jawa, menyadari kesenduan Rio dan berusaha
menanyakan keadaannya.
Cari Jodoh Kontrakan (bagian 3)
Tidak
jauh dari rumah itu, masih di pinggir jalan besar juga, ada Warung Jawa langganan
kami. Pemiliknya sedang membangun rumah di belakang warung. Kami tertarik
karena rumah baru. Ternyata sudah ada yang mau, tapi belum memastikan. Maka kami
pun menunggu sambil berharap semoga rumah itu menjadi jodoh kami.
Cari Jodoh Kontrakan (bagian 2)
Ketiga,
tidak ada jendela kaca di kedua kamar, hanya ada jendela kayu kecil, sehingga
kamar menjadi cukup gelap. Keempat, ruang belakang (dapur) terlalu kecil
mengingat barang kami sudah cukup banyak. Selain itu, tidak ada tempat aman
untuk parkir motor, sehingga harus dimasukkan ke ruang tamu atau dapur. Terakhir,
harganya yang mencapai dua digit karena letaknya yang strategis. Akhirnya kami
putuskan untuk tidak jadi mengambil dan tawarkan ke teman lain yang sekarang
jadi menempatinya.
Cari Jodoh Kontrakan
Sudah
mendekati empat tahun kami mengontrak rumah di Perumnas Pobundayan Permai,
Kelurahan Pobundayan. Kami sudah cukup menyamankan diri di rumah ini dan malas
juga untuk pindah sebelum suami dimutasi dari Kotamobagu. Sayangnya, setengah
tahun sebelum masa kontrakan tahun berjalan berakhir, tetangga belakang rumah
memelihara anjing yang buang air besar di halaman rumah kami setiap hari. Makin
hari, kami makin jengkel. Namun, si empunya seperti tidak peduli. Tidak mencoba
mengajari anjing itu, apalagi membersihkan kotorannya di halaman kami. Juga kenyataan
bahwa selama ini mereka mencuri listrik kami untuk mengambil air karena mesin
air kami masih jadi satu membuat mantap untuk mencari rumah kontrakan yang baru.
Adek Janin (bagian 6)
Malamnya
kami bertiga pergi ke klinik tersebut. Saat kami baru turun dari motor di
tempat parker, Dokter sedang berjalan ke luar klinik dengan membawa tas di
tangan dan tanpa memakai jas putih. Kami menduga beliau akan pulang.
Merenung di Pesta
Beberapa
kali terakhir menghadiri undangan pesta pernikahan membuat saya merenung. Kondangan
aja pakai merenung ya? Mungkin karena
acara sambutannya lama sekali, maka banyak waktu dihabiskan untuk berpikir dan
memperhatikan orang lain. Iya, waktu datang ke acara pernikahan nan megah, saya
bergumam. Mampukah kami menyelenggarakan acara pernikahan anak-anak kami dengan
layak? Ah, yang penting kan pernikahannya yang berkah, bukan perayaannya yang
harus mewah. Pernah juga ketika datang ke acara pernikahan yang diselenggarakan
sesuai syariat. Saya mengajak suami agar nanti membuat konsep acara yang mirip
untuk pernikahan anak-anak kami agar menghindari kemudaratan dan memasyarakatkan
nilai-nilai Islam.
Badai Rindu
Aku rindu
pada bunyi dering gawaiku
di layarnya bertuliskan panggilanku untukmu
yang dulu sering menggangguku
pada bunyi dering gawaiku
di layarnya bertuliskan panggilanku untukmu
yang dulu sering menggangguku
Sederhana tapi Bermakna (bagian 2)
Awan hitam menggelantung berkumpul di langit, pertanda akan
turun hujan. Padahal tadi saat mau berangkat, aku sempat bergumam dalam hati, apakah
kiamat sudah sangat dekat? Gempa banyak terjadi dan kemarau terus berlangsung. Alhamdulillah
siang ini Allah turunkan rahmat-Nya untuk membasahi bumi yang sudah cukup
kering. Kami sempat terkena sedikit rintik-rintik hujan di jalan menuju rumah.
Sederhana tapi Bermakna
Pada
penghujung malam Minggu ini, ada rasa syukur luar biasa kepada Sang Pemberi
Kehidupan. Hari ini terasa berbeda. Tidak, kami tidak mengunjungi tempat wisata
nan menawan. Bukan pula menonton film di bioskop, karena tak ada mall di sini. Kami pun tidak menyantap
makanan restoran hari ini. Akan tetapi, kegembiraan dan keceriaan terpancar
dari sulung kami di hari Ayah dan Ibu lengkap seharian bersamanya. Alhamdulillah,
Allah mengaruniakan rasa syukur ke relung hati kami akan hal-hal yang
sederhana, sehingga menjadi bermakna dan berkesan.
Malas Menyetrika Bukan Masalah
sumber gambar: blog.hemat.id |
Tumpukan
baju yang sudah dicuci tapi belum disetrika sering kali menggunung dan jadi
momok bagi saya, dan mungkin sebagian besar ibu-ibu. Dengan berbagai keadaan
dan pertimbangan, saya tidak menyubkontrakkan pekerjaan menyetrika kepada orang
lain, sehingga selalu menunda-nunda dan mengakhirkan, bahkan ogah-ogahan untuk mengerjakannya. Kalau
mencuci walau hampir setiap hari rasanya oke-oke
saja. Tapi ketika sudah berhadapan dengan setrikaan, rasa malas kronis
menghampiri seperti enggan pergi.
Quwwatul Maal (Kekuatan Finansial) - bagian 2
Jihad
yang sempurna adalah dengan jiwa, harta, dan lisan. Akan tetapi, ada keadaan
yang menghalangi manusia untuk berjihad dengan jiwa. Maka ia wajib berjihad
dengan harta yang keutamaannya seperti orang yang ikut berjihad secara
langsung. Rasulullah SAW bersabda, “Barang
siapa menyiapkan kendaraan perang di jalan Allah berarti ia telah ikut
berperang, dan barang siapa meninggalkan perang tetapi menggantinya dengan kebaikan
berarti ia pun telah ikut berperang.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan
Tirmidzi).
Quwwatul Maal (Kekuatan Finansial)
Islam
tidak mengajarkan untuk membenci dunia. Beberapa sahabat seperti Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Abdur Rahman bin Auf, dan Utsman bin ‘Affan justru dengan senang
hati menggunakan harta kekayaannya untuk membela agama Allah. Rasulullah SAW juga
tak pernah melarang mereka bekerja sungguh-sungguh untuk meraih keuntungan
duniawi. Karena untuk menegakkan Islam membutuhkan bekal dan persiapan, salah
satunya adalah harta.
Satu Oktober
Enam tahun lalu tepat di hari ini
seorang lelaki
datang memberanikan diri
untuk menyatakan keinginan hati
Kembali Diingatkan
Kita kembali diingatkan
bahwa semua hanya titipan
Dalam satu hitungan
Dia mampu meluluhlantakkan
bahwa semua hanya titipan
Dalam satu hitungan
Dia mampu meluluhlantakkan
Danau Mooat
Dalam rangka
Hari Statistik Nasional, 26 September 2018 lalu, Badan Pusat Statistik Kota
Kotamobagu melakukan rangkaian kegiatan bertempat di Danau Mooat. Acara ini
melibatkan para pegawai, dharma wanita, dan para mitra statistik. Sebagai salah
satu anggota dharma wanita, saya juga berkesempatan hadir di sana dan
terinspirasi untuk menuliskan review.
Adek Janin (bagian 4)
“Seratus lima puluh ribu.” Ucapnya dengan amat ramah. Saya
sedikit kaget dengan harganya karena rasanya waktu kehamilan pertama tidak
semahal itu, ya iya lah tiga setengah tahun lalu. Akan tapi tetap membayar
sambil menyembunyikan ekspresi yang mungkin muncul dan tak lupa mengucapkan
terima kasih.
Adek Janin (bagian 3)
Hanif pun mulai bosan berada di Puskesmas. Beberapa kali dia
katakan, “Ibu, pulang yuk!”
“Tunggu Ibu selesai diperiksa dulu ya.” Syukurlah ia masih
sabar dan kembali mengajak saya bercerita.
“Ibu, Kakak itu mirip Kakak Abi ya?” Tanyanya sambil menunjuk
salah satu anak ibu yang sedang diperiksa tadi.
“Hmmm. Mirip sedikit, hehehe.” Jawab saya sambil tersenyum
teringat pada suami yang sering memirip-miripkan orang, padahal tidak mirip
menurut saya.
“Kalau Kakaknya mirip Kakak Fahri, Ibu!”
“Ah masa sih, Nak?” Jawab saya sambil menahan tawa karena
lagi-lagi kurang mirip.
“Iya, Ibu!” Jawabnya yakin, saya pun tertawa.
Adek Janin (bagian 2)
Sebetulnya, kami tak ingin bersegera memberi tahu Hanif
bahwa ia akan punya adik. Bisa jadi dia akan merasa khawatir kasih sayang orang
tuanya berkurang atau dia akan merasa lama sekali adiknya untuk lahir ke dunia.
Apalagi ia masih dalam rentang usia yang baru memahami hal-hal konkrit. Maka ketika
diberi tahu akan punya adik, dia akan bertanya-tanya di mana adiknya. Dia pun
belum paham konsep menunggu. Ia hanya bisa menunggu dalam rentang waktu yang
amat pendek, hitungan menit. Itulah yang menjadi beberapa pertimbangan untuk
tidak cepat-cepat memberitahunya. Akan tetapi, hidup bertiga di rantauan tanpa
sanak saudara, membuat saya harus selalu membawanya ke mana pun. Ditambah
kemampuan bicara yang sedang berkembang pesat membuatnya banyak bertanya dan
terus meminta penjelasan. Kami pun membiasakan diri mengatakan segala sesuatu
yang sebenarnya, tidak berbohong dan berusaha menepati janji. Jadilah, ia sudah
tahu bahwa akan punya adik, yaitu si janin yang sedang berada di perut ibunya.
Adek Janin
Sebelas
hari yang lalu, saya sudah tujuh hari terlambat haid. Dengan penuh harap,
bangun tidur sebelum berwudhu untuk salat subuh, saya melakukan uji kehamilan. Senyum
sumringah segera muncul ketika garis dua muncul perlahan. Saya pun salat, lalu
memberitahukan suami. Ia pun sama bahagianya dan segera menghambur memeluk
saya. Alhamdulillah, hati kami menyatakan degup penuh kesyukuran.
Untuk Apa
Sejatinya
untuk apa kau bekerja keras hingga larut tiba baru pulang ke rumah? Padahal
hasil jerih payahmu sering tak diapresiasi oleh pimpinan. Ia hanya tahu
mengomelimu saat kau tak dapat memenuhi target walau kau sudah terus bekerja
hingga akhir minggu tak bersisa waktu untuk keluarga. Apalagi rekan kerjamu
malah memanfaatkan kegigihanmu, meninggalkan sebagian besar pekerjaan untukmu.
Kau bahkan sering membelikan makanan untuk mitra kerja yang membantu
pekerjaanmu, tapi mereka justru mendahulukan membantu pekerjaan rekanmu yang
hanya bisa memerintah saja. Lalu, mengapa kau tetap membanting tulang hingga
malam setiap harinya di tengah kondisi seperti ini? Tidak bisakah kau cukupkan
hingga jam kerja orang normal saja?
Jalan Sepi Pilihan Almira (versi 2)
sumber gambar: www.ambau.id |
“Nak,
enggak mau ikut daftar PNS kan?
Kenapa?” Pertanyaan ibu mertua Almira memecah keheningan makan malam mereka
berdua di sebuah rumah di pinggiran Jakarta Timur.
“Biar
enggak bingung, Bu, kalau nanti Mas
Adri dipindahtugaskan lagi. Mira tinggal ikut saja. Enggak perlu galau mau terus kerja tapi berjauhan atau harus pilih resign.” Jawab Almira penuh keyakinan.
Jalan Sepi Pilihan Almira
Pengumuman pembukaan formasi CPNS tahun 2018 berseliweran di berbagai grup whatsApp yang Almira ikuti. Seperti tahun-tahun sebelumnya, informasi tersebut hanya ia lihat tanpa dibaca lebih lanjut. Ibu beranak satu ini memang tak pernah tertarik untuk menjadi abdi negara yang selalu ramai peminat. Bukan karena tak cinta tanah air, ia hanya ingin optimal membersamai masa kecil buah hatinya yang tak akan terulang di kemudian hari. Tanpa bekerja saja, ia merasa masih masih banyak kekurangan dalam menjalankan peran sebagai istri dan ibu. Syukurlah suaminya mendukung dan bergembira dengan pilihan Almira. Apalagi pekerjaannya sebagai PNS di Badan Pusat Statistik membuat keluarga mereka harus bersedia berpindah-pindah untuk ditempatkan di seluruh Indonesia. Almira yang selalu ingin ikut ke manapun tempat suaminya bekerja makin mantap mengabdikan diri di rumah, agar tak perlu mengalami kegalauan berpisah jika ia memilih bekerja sebagai PNS.
Langganan:
Postingan (Atom)