Adek Janin (bagian 2)


Sebetulnya, kami tak ingin bersegera memberi tahu Hanif bahwa ia akan punya adik. Bisa jadi dia akan merasa khawatir kasih sayang orang tuanya berkurang atau dia akan merasa lama sekali adiknya untuk lahir ke dunia. Apalagi ia masih dalam rentang usia yang baru memahami hal-hal konkrit. Maka ketika diberi tahu akan punya adik, dia akan bertanya-tanya di mana adiknya. Dia pun belum paham konsep menunggu. Ia hanya bisa menunggu dalam rentang waktu yang amat pendek, hitungan menit. Itulah yang menjadi beberapa pertimbangan untuk tidak cepat-cepat memberitahunya. Akan tetapi, hidup bertiga di rantauan tanpa sanak saudara, membuat saya harus selalu membawanya ke mana pun. Ditambah kemampuan bicara yang sedang berkembang pesat membuatnya banyak bertanya dan terus meminta penjelasan. Kami pun membiasakan diri mengatakan segala sesuatu yang sebenarnya, tidak berbohong dan berusaha menepati janji. Jadilah, ia sudah tahu bahwa akan punya adik, yaitu si janin yang sedang berada di perut ibunya.
Lebih dari satu jam kemudian, tibalah giliran nomor antrean saya dipanggil. Syukurlah ada lebih dari sepuluh nomor sebelumnya yang sudah tak ada penunggunya, sehingga giliran saya menjadi lebih cepat. Lumayan lama juga sebenarnya. Alhamdulillah, Hanif kooperatif sekali. Tetap ceria dan gembira saya ajak bercerita sambil menunggu. Selain bercerita, dia juga asyik bermain mobil-mobilan yang dibawa dari rumah. Dia memang bukan anak gadget seperti kebanyakan bocah zaman sekarang, sehingga aktivitas fisik, membaca buku, dan saling berkomunikasi menjadi pembunuh waktu terjitu baginya.
Dari loket, setelah mengatakan keperluan saya, petugas mengarahkan kami ke ruang pemeriksaan KIA dan KB (Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana). Awalnya saya merasa heran, karena biasanya seorang dokter umum yang akan memberikan surat rujukan. Setibanya di ruang KIA dan KB, sudah ada seorang ibu hamil yang sedang diperiksa. Ibu tersebut membawa dua anak laki-laki. Ada juga seorang ibu hamil yang ditemani ibunya sedang menunggu giliran. Berarti saya masih harus menunggu dua ibu tersebut selesai diperiksa.

***bersambung***


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar