Setabah Bunda Hajar

sumber gambar: depokpos.com
Pada tulisan sebelumnya yang berjudul Bapak Para Nabi, kita telah mendapati betapa dahsyatnya kecintaan ayah dan anak terhadap Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mampu tabah menjalani kehendak-Nya yang terberat sekalipun. Beberapa tahun sebelum turunnya perintah penyembelihan Ismail, Allah telah menguji keluarga mereka dengan titah yang tak kalah berat.
Kala itu, Nabi Ibrahim diberi perintah untuk membawa Bunda Hajar dan bayi Ismail pergi jauh ke sebuah tempat sunyi tak berpenghuni. Tempat itu berada di tengah gurun tandus dan gersang, yang sekarang disebut Mekah. Dahulu, lembah ini merupakan tempat singgah kafilah dagang. Namun sayangnya, waktu itu adalah waktu paling sepi sepanjang tahun, bahkan tak tampak satu orang pun di sana.
"Aku harus meninggalkanmu," kata Nabi Ibrahim kepada istrinya.
"Apakah ini kehendak Allah SWT?" Tanya Bunda Hajar.
Nabi Ibrahim mengangguk pasti, "Allah pasti akan menjagamu dan anak kita."
Kemudian, Nabi Ibrahim pergi meninggalkan Bunda Hajar dan Ismail dengan bekal seadanya. Tidak lama kemudian, air pun habis. Ismail menangis kehausan. Bunda Hajar kebingungan, apalagi saat itu air susunya pun tidak keluar. Ke mana dia harus mencari air di tempat setandus ini? (Wardhana & Tim Syaamil Books, 2017)
Sebagai seorang istri, penggalan kisah tadi seperti menoyor diri saya. Kepatuhan Bunda Hajar kepada Allah dan suaminya sudah tak diragukan lagi. Di tengah kepayahan mengurus bayi, beliau ikhlas ditinggalkan di tempat asing nan gersang tanpa seorang kawan. Begitulah saat sudah cinta, kita akan patuh dengan apapun yang dikehendaki oleh yang tercinta. Jelaslah bahwa keluarga ini mencintai Allah dengan sedemikian besarnya, melebihi apapun.

Saya teringat beberapa tahun lalu saat Si Sulung masih bayi berusia hitungan bulan. Suami saya sedang lembur kerja malam itu, sementara di rumah, jagoan kecil terus menyusu enggan berhenti hingga beberapa jam. Saya pun kelelahan dan kelaparan karena air susu terus disedot dan tak bisa beranjak ke dapur untuk memasak sesuatu. Mengeluhlah diri ini kepada suami melalui chat yang bertubi-tubi dikirimkan. Hingga akhirnya beliau pulang ke rumah saat sudah cukup larut, saya pun memasang muka masam.
Astaghfirullah. Tak sepatutnya saya berlaku demikian, padahal suami sedang berjuang mencari berkah dari rezeki yang Allah takdirkan untuk kami. Dibandingkan kesusahan Bunda Hajar sampai berlari bolak-balik dari Bukit Shafa ke Marwah sebanyak tujuh kali demi mencari air untuk buah hati yang kehausan, rasa lelah dan lapar saya sungguh tak ada apa-apanya. Air susu saya masih mengalir deras, makanan dan minuman akan tersedia dalam beberapa jam saja dan bayi pun kenyang dan nyaman. Betapa seharusnya saya lebih banyak bersyukur dan hanya perlu sedikit saja bersabar.
Semoga keyakinan Nabi Ibrahim yang mengatakan, "Allah pasti akan menjagamu dan anak kita" terus terpatri dalam hati kita para Ibu yang berusaha meneladani ketabahan Bunda Hajar. Sehingga dalam setiap ujian hidup yang dihadapi, kita lebih mampu untuk merasakan banyaknya limpahan nikmat Allah dan tak mudah berkeluh kesah.

Referensi:
Wardhana, E., & Tim Syaamil Books. (2017). Sumur Zamzam. Dalam E. Wardhana, & T. S. Books, Muhammad Teladanku: 1. Kelahiran Rasulullah (h. 14-15). Bandung: Syaamil Books.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day2

16 komentar:

  1. Dan aku merasa tertampar. Plak! 😭😭😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga jadi pengingat bagi kita para ibu yang terus berusaha memperbaiki diri ya :')

      Hapus
  2. Selalu belajar banyak dari kisah keluarga Nabi Ibrahim a.s. 😭😭😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Kisah adalah salah media pelajaran hidup terbaik, apalagi kisahnya Bapak Para Nabi, Nabi Ibrahim a.s.

      Hapus
  3. Jadi inget gimana perjuangan ibu ku dulu, semoga nanti dimasa depan kalau udh jadi ibu bisa seperti Siti hajar 😄

    BalasHapus
  4. Subhannallah bagus sekali kisah inspiratif yang menyentuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Semoga bisa menjadi pengingat diri untuk terus memperbaki diri.

      Hapus
  5. MasyaAllah...semoga kita selalu dimampukan untuk dapat menauladani kualitas taqwanya Ibrahim, kualitas sabarnya Hajar dan menjalani ibadah panjang dengan tangguh tanpa mengeluh. InsyaAllah...amiin.Salam kenal yaa...

    BalasHapus
  6. Mashaa Allah kita harus meneladani sosok siti hajar, sabar, kuat dan tangguh.

    BalasHapus
  7. Masha Allah tulisannya sangat memotivasi. Diawali dengan kisah para nabi yang menyejukkan, lalu diakhiri dengan kehidupan sehari-hari, benar-benar menyentuh. Sudah bagus nih tulisannya. Sukak pokoknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih. Semoga menyentuh dan menyemangati untuk terus memperbaiki diri.

      Hapus
  8. Paduan tiap katanya pas mba, enak dibaca dan mengalir indah. Sukaa^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terima kasih, Mbak. Semoga ada manfaatnya ya :)

      Hapus