Balasan dari Kebaikan

Ketika itu keluarga kami baru kembali ke tanah rantau di Kotamobagu, Sulawesi Utara selepas mudik ke rumah orang tua di Jakarta. Kami membawa sedikit oleh-oleh untuk dibagikan ke tetangga sekitar yang berada di depan, belakang, dan samping kanan kiri. Kebetulan ada penghuni baru di indekos belakang rumah kontrakan kami. Mereka adalah keluarga kecil yang terdiri dari suami istri dengan satu anak lelaki balita. Si Suami bekerja sebagai supir bentor (becak motor), sedangkan si Istri adalah pegawai honorer di salah satu dinas di Pemerintah Kota. Awalnya saya tak berniat memberi oleh-oleh kepada mereka. Akan tetapi suami mengingatkan, “Kasih aja, Yang.”

“Tapi kan kita belum kenal dan akrab, Mas.” Saya beralasan.
“Gak apa-apa, justru sekalian kenalan.” Suamiku meyakinkan.
Entah kenapa saat itu sifat pelit saya muncul, padahal sudah banyak terkikis sejak hidup dengan suami yang sangat baik ke banyak orang. Dengan setengah hati, saya berikan juga oleh-oleh tersebut. Kami pun berkenalan dan anak-anak bermain bersama.
Hari berganti hari. Saya pun sudah tak kepikiran dengan masalah oleh-oleh. Sesekali kami saling menyapa. Anak saya malah senang sekali menegur, mengamati dan menceritakan tentang anak mereka.
Kemudian pada suatu siang menjelang sore, saya keluar rumah bersama anak untuk mengisi suatu kajian. Matahari menyembunyikan sinarnya di antara awan-awan hitam, pertanda akan turun hujan. Akan tetapi, karena waktu sudah mepet, saya memutuskan untuk tetap pergi dan berjalan kaki ke depan perumahan untuk mencari bentor.

Sayangnya, baru sampai di depan lorong, hujan mengguyur dengan sangat deras hingga saya terpaksa berteduh di pinggir jalan dengan payung di tangan kanan sambil menggendong anak di tangan kiri. “Hujannya deras sekali, sepertinya akan lama berhentinya dan sulit mencari bentor di waktu begini meskipun memaksakan diri berjalan hingga ke jalan raya.” Pikir saya.
Beberapa waktu kemudian, terlihat di kejauhan, sebuah bentor berjalan dari arah rumah. Saya berdoa semoga di bentor itu tak ada penumpangnya dan si supir mau mengantar kami. Bentor pun semakin mendekat. Akan tetapi, ada satu penumpang di dalamnya. Sebenarnya bentor-bentor di sini biasa mengangkut penumpang lagi walau sudah ada satu penumpang di dalamnya. Meski dengan tujuan berbeda, si supir akan mengantar keduanya dan biasanya penumpang tidak saling berkeberatan. Namun, di kondisi begini, saya ragu akan terangkut oleh bentor itu, karena kami semua akan kebasahan terkena tampias air hujan dari sisi kanan dan kiri bentor.

***bersambung***
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar