Pembuahan

sumber gambar: www.prelo.co.id

Sebagian besar pasangan yang baru menikah, ingin segera dikaruniai anak. Begitupun kami. Apalagi Ayah saya juga sudah sering mendesak. “Ingin segera menggendong cucu,” katanya. Hanya saja, Allah belum segera memberikan amanahnya kepada kami. Selain, terbentur long distance marriage antara Kepulauan Sangihe dan Jakarta, saya masih harus menyelesaikan penelitian tugas akhir di laboratorium yang bersinggungan dengan zat radioaktif. Di laboratorium tersebut, wanita hamil dilarang masuk karena efeknya membahayakan bagi janin yang dikandung.

Demi bisa segera menyusul suami, saya bertekad menyelesaikan penelitian secepat mungkin. Konsekuensinya, ya menunda hamil dulu. Walau terkadang kepenatan mengerjakan tesis membawa pada pikiran yang asal. “Kalau hamil, jadi bisa cuti dan menyusul Mas Herry.” Bisikan buruk berhembus di kepala saya. “Tapi, uang dari mana lagi untuk membayar semesteran kalau jadi cuti setahun? Jangan-jangan malah harus mengulang penelitian dari awal.” Bisikan berikutnya mengembalikan saya ke tekad awal.

Setelah menjalani sebelas bulan berjauhan dengan suami, saya segera menyusulnya usai dinyatakan lulus sidang akhir. Kami pun bersungguh-sungguh menjalani program kehamilan, salah satunya dengan meminum madu kesuburan. Tiga bulan berselang, garis dua di strip uji kehamilan membuat kami amat bersyukur kepada Allah atas karunia ini. Saya pun menjalani proses kehamilan mulai dari ngidam (yang lebih sering enggak kesampaian), mual muntah, periksa ke tenaga kesehatan, meminum vitamin setiap hari, menahan diri dari makanan dan minuman yang kurang baik untuk janin, dan lain sebagainya dengan penuh rasa syukur dan suka cita.

Seiring berjalannya waktu, saya kerap merasa takut. Takut jika kami tidak bisa merawat dan membimbing anak ini dengan baik kelak. Takut jika kami tak bisa amanah terhadap titipan Allah. Apakah ini pengaruh hormon kehamilan yang sering membuat ibu hamil menjadi sensitif? Apakah setiap ibu hamil juga mengalaminya? Ternyata suami pun merasakan hal yang sama. Lalu kami saling menguatkan dan percaya bahwa Allah yang Maha Penjaga akan selalu menolong. Ketakutan ini harus jadi pengingat dan penyemangat agar terus memperbaiki diri demi mendapat rida Ilahi.

***bersambung***

Pembuahan (bagian 2)

#komunitasonedayonepost

#ODOP_6

#Day13