Adek Janin

Sebelas hari yang lalu, saya sudah tujuh hari terlambat haid. Dengan penuh harap, bangun tidur sebelum berwudhu untuk salat subuh, saya melakukan uji kehamilan. Senyum sumringah segera muncul ketika garis dua muncul perlahan. Saya pun salat, lalu memberitahukan suami. Ia pun sama bahagianya dan segera menghambur memeluk saya. Alhamdulillah, hati kami menyatakan degup penuh kesyukuran.
Saya menunda memeriksa kehamilan kedua ini ke dokter, karena malam harinya suami berangkat dinas ke Yogyakarta selama seminggu. Saya berniat akan ke dokter setelah usia kandungan mencapai sembilan minggu, yaitu sekitar satu bulan kemudian, agar bisa sekalian mendengar degup jantungnya. Akan tetapi, sepulang suami saya dari dinas luar, kami jadi penasaran untuk memastikan keadaan si janin di dalam rahim.
Maka, kemarin pergilah saya dan Hanif, sulung kami, diantar oleh suami ke Puskesmas Motoboi Kecil yang merupakan faskes tingkat I kami. Ya, saya berencana meminta rujukan untuk dapat memeriksakan kandungan ke dokter Sp.OG yang ada di RSUD Kota Kotamobagu menggunakan BPJS. Ketika kami datang, puskesmas sedang ramai sekali. Saya ambil nomor antrean. Ternyata dapat nomor 75. Saya pun segera menyimak sedang antrean nomor berapa saat itu. Haaaa.. baru nomor 36, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 WITA. Saya pun mempersilakan suami kembali ke kantor, tidak perlu ikut menunggu karena akan makan waktu cukup lama.
Selama menunggu, Hanif banyak bertanya mengenai ini itu. Ceriwis sekali, sampai-sampai orang-orang memperhatikan kami sambil tertawa kecil.
“Ibu mau ngapain? Tanyanya yang kesekian kali, karena dari di rumah pun dia sudah bertanya beberapa kali.
“Ibu mau diperiksa perutnya, Nak.”
“Memang Ibu sakit?” Wah, bocah hampir tiga tahun ini sudah mulai paham.
“Tidak. Ibu mau periksa keadaan janin dalam perut Ibu.” Jawab saya sambil berharap tidak ada pertanyaan lanjutan, walau hampir pasti itu harapan yang sia-sia.
“Di perut Ibu ada Adek Bayi?” Sepertinya dia sudah mulai mencoba memahami pernyataan kami bahwa dulunya dia ada di dalam perut saya.
“Belum jadi adek bayi, masih berbentuk janin.” Semoga jawaban ini tak memusingkannya.
“Ooooh.. Adek Janin di dalam perut Ibu,” simpulnya. Saya pun terkekeh.

***bersambung***
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar