Adek Janin (bagian 14)


“Kakak Hanif bobo sama Mbah dulu ya,” pinta saya sambil menegarkan suara.
“Mau sama Ibu aja. Emang Ibu di mana?” Suara cerianya menyunggingkan senyum di wajah.
“Ibu di rumah sakit, Nak. Belum boleh pulang. Jadi Kakak Hanif bobo sama Mbah ya,” bujuk saya.
 “Sama Ibu. Sama Ibu. Sama Ibu,” katanya setengah bersenandung. Saya pun tertawa sambil nelangsa di dalam hati. Pertama kali dalam hampir tiga tahun hidupnya, ia tidur tanpa pelukan saya. Seketika itu saya rindu. Ingin segera pulang tapi tak bisa.

Kembali saya minta ia menurut. Ia pun tetap berkeras dengan keinginannya. Hingga akhirnya ia meminta menutup telepon, mungkin mencoba mengerti keadaan walau tak sepakat dengan kata hatinya.
Tak lama kemudian kedua sahabat datang menengok. Mereka kaget dan penasaran dengan apa yang terjadi setelah suami menghubungi salah satunya mencari rumah Dokter Ayu. Saya pun menceritakan kronologi singkatnya sambil tak tenang mencari posisi berbaring yang nyaman untuk mengurangi nyeri di perut. Mereka pun akhirnya menunggu di luar ruang bersalin dan menyiapkan ruang rawat sekembalinya suami dari rumah.
Kemudian kateter dilepas, saya diberikan obat penguat kandungan dan dipasangi diaper tipe perekat. Saya dipindahkan ke ruang pemeriksaan USG. Ternyata Dokter Ayu baru selesai melakukan operasi caesar di RSUD, sehingga baru dapat memeriksa saya menjelang tengah malam.
Tak lepas saya beristigfar sejak memasuki rumah sakit. Saya pun memberikan afirmasi-afirmasi positif kepada diri sendiri dan janin bahwa kami kuat dan baik-baik saja. Tapi takdir Allah berkata lain.
 “Ibu, ini (calon) adek so mo kaluar.”1 Dokter menunjuk gambar USG rahim saya sambil menjelaskan bentuknya yang sudah tak bulat jadi mirip air keran sedang mengalir.
“Karena bentuknya sudah ndak bulat, Dok?” Harapan saya mulai sirna.
Dokter menunjuk ke bentuk yang bagai air mengalir. “Ini dia memang sedang mengarah turun ke luar vagina.”
Dokter membereskan alat USG dengan wajah letih. “Nanti Dokter kasih resep untuk bantu membersihkan rahimnya. Besok pagi sekitar jam lima akan dimasukkan obatnya.”
***bersambung***

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day54
______________
1”Ibu, (calon) anaknya sudah mau keluar.” (Bahasa Manado)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar