Adek Janin (bagian 15)


Saya pasrah dibawa ke ruang rawat menggunakan kursi roda. Di kamar, suami dan kedua sahabat menunggu kedatangan dan hasil pemeriksaan saya. Satu sahabat saya yang juga teman kantor suami sudah lebih dulu pulang karena meninggalkan tiga anaknya yang tertidur di rumah.
“Janinnya sudah mau luruh, Mas,” kata saya mencoba tawakkal.

Tak ada air mata karena sudah firasat sejak tadi pagi sehingga ekspresi saya cenderung datar. Suami pun terdiam seakan sudah siap dengan segala ketentuan-Nya. Belakangan saya tanyakan, ia memang tidak kaget karena sudah feeling. Hanya beberapa kali merasa bersalah karena membawa serta saya ke luar kota sebelum kejadian. Padahal sudah berulang saya jelaskan dan ia sendiri sudah paham bahwa memang benihnya tidak bagus, sehingga akhirnya meluruh sendiri. Istilah medisnya, abortus spontan.
Enggak apa-apa, Mbak. Allah sayang sama Mbak Dian. Karena janin ndak bagus, jadi Allah keluarkan dari rahim,” hibur kak Via yang sebenarnya lebih tua dari saya tapi memanggil ‘Mbak’ karena kami berasal dari Pulau Jawa.
Ahad, 21 Oktober 2018
Waktu menunjukkan lewat dari pukul satu dini hari. Setelah memakan camilan yang dibawa sendiri sembari menghibur dan menyuapi saya, kedua sahabat tadi pamit pulang agar kami bisa istirahat. Suami yang sudah kelelahan langsung lelap terbawa ke alam kematian kecil. Saya masih berkawan setia dengan sakit perut bawah ini. Bolak balik mencari posisi berbaring terbaik, namun tak juga didapat. Saya hampir tak bisa tertidur sama sekali.
Menjelang subuh, saya membangunkan suami untuk membantu ke kamar mandi di luar ruang rawat. Iya, harusnya kami dapat kamar untuk BPJS Kelas I yang ada toilet di dalamnya. Akan tetapi, karena hanya tersisa satu bed di Kelas I yang berarti kami harus berbagi ruangan dengan satu pasien lain (kapasitas kamar Kelas I untuk dua pasien), kami memilih kamar kelas II berkapasitas dua orang yang masih kosong. Suami pun bisa tidur di bed yang satunya. Katanya ada kompensasi dari kamar yang tidak sesuai kelas, tapi sampai keluar RS kami tidak mengambilnya karena sudah sangat bersyukur hampir semua biaya pengobatan sudah ter-cover.
***bersambung***

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar