Cari Jodoh Kontrakan (bagian 3)


Tidak jauh dari rumah itu, masih di pinggir jalan besar juga, ada Warung Jawa langganan kami. Pemiliknya sedang membangun rumah di belakang warung. Kami tertarik karena rumah baru. Ternyata sudah ada yang mau, tapi belum memastikan. Maka kami pun menunggu sambil berharap semoga rumah itu menjadi jodoh kami.
Beberapa bulan berlalu, ternyata yang sebelumnya menyatakan berminat dengan rumah tadi tidak juga muncul batang hidungnya. Kami pun ditawari mau menempati rumah baru itu atau rumah lamanya yang ada di Perumnas Pobundayan Permai. Awalnya, saya tentu bersemangat menempati rumah baru, karena rumah lamanya sudah ditempati belasan tahun dan kabarnya akan ada barang-barang yang ditinggal jika kami memilih rumah tersebut.
Masuklah pada pembicaraan harga. Yang rumah baru seharga dua kali lipat kontrakan kami sebelumnya. Sedangkan rumah lama enam juta rupiah lebih murah selisihnya. Saya sempat kecewa dan menyerahkan keputusan kepada suami. Saya sudah lelah mencari-cari rumah kontrakan. Belum rela menempati rumah lama tadi, tapi belum mampu jika memilih rumah yang baru. Suami pun diam seolah memberi saya waktu untuk mengelola emosi. Dia sendiri sedari awal tidak masalah jika menempati rumah lama. Hanya saja saya masih memasang standar tinggi, sehingga jadi mutung.
Setelah mencoba berdamai dengan diri sendiri, saya pun menyetujui pendapat suami. Saat survei melihat rumahnya pun saya tidak terlalu memperhatikan detail demi mengurangi kekecewaan. Selain karena memang rumah cukup lama ditinggali dan penuh dengan barang, saya menyudahi pertentangan hati. Akhirnya deal. Dua bulan dari saat itu kami akan pindah ke sana.
Hari berlalu, ada saja orang-orang yang menawari lagi rumah kontrakan, bahkan rumahnya untuk dijual. Karena menghargai kesepakatan sebelumnya, saya tidak pernah mau mengetahui lebih lanjut tentang rumah-rumah yang ditawarkan. Belajar bersyukur dengan yang ada dan mengurangi mengeluh apalagi menyesali keputusan yang diambil.
Cari rumah kontrakan mirip-mirip dengan cari jodoh. Kita tentu punya harapan dan keinginan. Setelah berikhtiar, Allah telah tentukan jodohnya, maka sikap terbaik kita adalah menerima segala kekurangan dan kelebihannya serta menyamankan diri dengan banyak bersyukur. Tak perlu tengok-tengok lagi mencari yang lain. Karena tak ada yang sempurna di dunia ini. Yang perlu dikurangi adalah mengeluh. Yang perlu diperbanyak adalah rasa syukur dan rasa cukup di dalam hati.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar